oleh

Menjaga Tradisi Qunutan di Pandeglang Ditengah Pandemi Corona

image_pdfimage_print

Kabar6-Memasuki pertengahan bulan Ramadan, masyarakat Pandeglang melakukan tradisi qunutan. Biasanya warga membuat panganan ketupat dan aneka lauk pauk.

Tradisi ini juga sebagai tanda bersyukur karena telah mampu melewati setengah perjalanan di bulan Ramadan, tradisi qunutan juga menjadi momentum saling berbagi makanan.

“Qunutan merupakan tradisi yang baik dan tidak melanggar syariat, karena hakikatnya di dalamnya itu adalah kegiatan bersedekah. Hanya saja, dibungkus dengan sebuah tradisi yang sudah beredar di masyarakat,” kata Ketua MUI Pandeglang KH Tubagus Hamdi Ma’ani, Sabtu (9/5/2020).

Menurutnya, 15 hari yang terakhir bulan Ramadan akan banyak sekali godaan yang dialami oleh umat Islam dalam berpuasa. Sehingga, diharapkan umat Islam tetap kuat dalam beribadah puasa meskipun berat dan banyak godaan.

Bahkan tradisi ini sebagai pertanda memasuki qunut, jelas dia, tradisi itu dikenal dengan qunutan karena imam membacakan doa qunut pada rakaat terakhir pelaksanaan salat witir.

“Qunutan adalah tradisi lama yang masih diwariskan hingga saat ini. Tidak ada yang tahu pasti kapan dimulainya tradisi tersebut. Ada yang menyebutkan tradisi itu telah berlangsung sejak zaman Kesultanan Demak,” tuturnya.

Hamdi mengutarakan, fengan bersedekah berupa makanan tersebut, masyarakat berharap bisa menjalani puasa yang tersisa tanpa ada hambatan.
Selain itu, tradisi tersebut juga sebagai bentuk rasa syukur umat muslim karena berhasil menjalani separuh Ramadan.

Bahkan, katanya, qunutan masih berlangsung hampir di seluruh wilayah Banten. “Saya berharap tradisi ini bisa tetap berlangsung, meskipun sekarang katanya era globalisasi atau era modern,” ucapnya.

**Baca juga: Ditengah Pandemi Corona, Pembuatan SIM di Polres Pandeglang Tetap Normal.

Dalam tradisi qunutan atau kupat qunutan, biasanya masyarakat membawa ketupat yang sudah matang ke masjid menjelang Salat Tarawih dan kemudian melakukan riungan (pembacaan doa) oleh jemaah usai Salat Tarawih. Uniknya, yang dibawa bukan hanya ketupat, tetapi juga lengkap dengan sayur dan lauk pauk lainnya.

“Selain ketupat dimakan bersama-sama, juga sisanya ketupat tersebut dibagi-bagikan untuk dibawa pulang oleh jemaah. Yang dimaksudkan untuk meraih berkah pada bulan suci ini,”tandasnya.(Aep)

Print Friendly, PDF & Email