oleh

Mengenal Budaya dan Sejarah Melalui Film

image_pdfimage_print

Kabar6-Film Saijah-Adinda yang diproduksi kerjasama antara Kemendikbud dengan Kremov Picture itu diproduksi sejak November 2020.

Melibatkan 60 kru lokal, 15 aktor pendatang, 7 artis senior, 50 figuran dan 200 ekstra itu, merupakan hasil kerjasama antara Kremov Picture dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), untuk menumbuhkan semangat dan mensosialisasikan budaya Indonesia.

“Tidak banyak film yang berbicara tentang sejarah Indonesia, dan diharapkan makin banyak lagi. Karena kita sedang gencar berbicara ke-Indonesiaan,” kata Sekretaris Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, Darmawati, Kamis (21/01/2021).

Noverl karya Edward Douwes Dekker sendiri sudah diterjemahkan ke 40 bahasa, menunjukkan tingginya minta masyarakat dunia untuk membaca novel tersebut.

Saat terbitnya novel Max Havelaar itu, publik Belanda pun guncang dan membuka pandangan tentang praktik kolonialisme di Nusantara. Saat itu, kolonialisme dianggap sebagai sistem yang wajar. Berkat karya Edward Douwes Dekker itu, membuka praktik penyelewengan dalam kolonialisme masyarakat luas.

**Baca juga: Kabar Duka dari Bawaslu Kota Serang

Karena karyanya itulah, kolonialisme akhirnya memunculkan politik etis tahun 1990. Gerakan politik etis dari rakyat belanda sebagai dampak novel Max havelaar inilah yang memunculkan ide terkait perlunya membayar utang budi terhdap tanah jajahan wilayah Hindia-Belanda.

Politik etis ini mempunyai tiga konsep, yaitu Irigasi untuk memperbaiki taraf kehidupan masyarakat pribumi dalam bidang pangan. Emigrasi dalam hal tenagakerja dan edukasi atau memberikan pendidikan bagi masyarakat pribumi.(Dhi)

Print Friendly, PDF & Email