oleh

Menengok Aktifitas Gunung Anak Krakatau Usai Tsunami Selat Sunda

image_pdfimage_print

Kabar6-Satu tahun lalu, tepatnya 22 Desember 2018, Gunung Anak Krakatau (GAK) meletus kemudian longsor yang menyebabkan ratusan orang meninggal dan ribuan lainnya luka-luka.

Kini, sang anak terus hidup, ketinggian gunung berapi di tengah perairan Selat Sunda itu sebelum longsor mencapai 338 meter dari permukaan laut (mdpl). Kemudian usai longsor dan menyebabkan tsunami, ketinggiannya berkurang menjadi 110 mdpl. Kini, setelah satu tahun tsunami, ketinggian bertambah menjadi 157 mdpl dalam kurun waktu satu tahun.

Saat meletus dan longsor, BNPB pernah menyampaikan bahwa GAK kehilangan 2/3 ketinggian dan volume tubuhnya atau sekitar 150 hingga 170 juta meterkubik dan kala itu hanya tersisa 40-70 meterkubik.

“Untuk sekarang kegiatannya sedikit menurun, kegempaan nya didominasi hembusan dan low frekuensi saja. Untuk status masih waspada,” kata Kepala Pos Pantau GAK Lampung, Andi Suandi, saat dikonfirmasi melalui pesan singkatnya, Rabu (25/12/2019).

Sedangkan laporan pemantauan aktifitas Gunung Anak Krakatau yang diterimanya per hari ini, Rabu 25 Desember 2019 atau satu pekan jelang malam pergantian tahun baru, masih berstatus Waspada atau Level II, dengan jumlah kehempaan sebanyak 11 kali, lalu guncangan tremor yang terekam dengan amplitudo 0.5-5 mm (dominan 1 mm). Berdasarkan rekaman CCTV di puncak kawah teramati adanya kepulan asap putih dengan ketinggian 50 meter.

“Masyarakat, nelayan dan wisatawan dihimbau untuk tidak mendekati GAK dalam radius 2 km dari GAK,” jelasnya.

GAK masih mengeluarkan hembusan abu vulkaniknya hingga kerap terjadi aktifitas kegempaan. Kegempaan atau guncangan itulah yang kemudian diketahui sebagai salah satu penyebab longsornya sebagian besar material tubuh gunung berapi ke dalam laut dan menyebabkan tsunami Selat Sunda.

**Baca juga: Menhub Budi Dapat Keluhan Penumpang, Antrian Sampai Satu Jam.

Pos pantau GAK mengaku tidak memiliki data jumlah letusan Anak Krakatau dalam satu terahir. Pihaknya mengaku hanya melaporkan kejadian tersebut kepada PVMBG.

“Kalau setahun tidak ada (datanya), mungkin pusat yang evaluasi, kita hanya melaporkan kegiatan hariannya. Ya kalau ada letusan lagi bisa bertambah (ketinggian dan luas GAK),” terangnya.(Dhi)

Print Friendly, PDF & Email