oleh

Marak Produk Impor, Insinyur di Banten Diminta Berkontribusi Terhadap Ketahanan Pangan

image_pdfimage_print

Kabar6-Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Provinsi Banten diminta Wakil Ketua MPR RI Yandri Susanto untuk berkontribusi terhadap ketahanan pangan di Banten.

Sebab saat ini sejumlah produk pangan yang beredar di Banten hasil impor negara luar. Padahal sumber daya alam di Indonesia tak kalah potensial dengan negara lain.

Hal itu disampaikan Yandri usai menjadi pembicara di pelantikan pengurus PII Banten yang digelar di salah satu Hotel di Kota Serang, Sabtu (30/9/2023).

“PII bisa ambil bagian, untuk Indonesia emas di tahun 2045, itu ada tiga syarat yaitu kenyang, pintar, dan sehat. Nah, di tiga bidang ini PII Bisa ikut andil, maka saya minta terutama Banten coba rumuskan, Banten ini kan pangannya sudah banyak impor,” kata Yandri.

Tak hanya itu termasuk permasalahan yang lainnya seperti kekeringan yang tengah dihadapi beberapa di Indonesia. Masalah tersebut, diharapkan dapat dipecahkan oleh PII.

“Kekeringan sudah dimana-mana, kemiskinan sudah dimana-mana, kebodohan masih banyak,” kata Yandri.

Yandri menilai potensi sumber daya alam yang ada di Indonesia seperti sungai dari hulu hingga ke hilir belum dimanfaatkan secara maksimal, padahal bisa digunakan untuk PLTA, pertanian, dan wisata.

Yandri merasa heran dengan Indonesia lantaran masih hobi mengimpor sejumlah produk pertanian dari negara luar seperti negeri seperti dari Cina, Thailand dan Filipina.

**Baca Juga: Khawatir Jadi Negara Gagal, MPR RI Minta Insinyur Ikut Tangani Krisis Pangan

“Faktanya sekarang kita lebih banyak import dari Cina,Thailand, Filipina. Negara-negara itu kan sama dengan negara kita, bahkan lebih besar dari negara kita. Tapi kenapa mereka bisa ekspor beras dan bisa ekspor dengan luar biasa,” bebernya.

Sementara Ketua PII Banten Edianto Arif mengatakan, tugas PII Banten ke depan akan memperbanyak jumlah insinyur di tanah jawara. Sebab untuk daerah atau negara maju dibutuhkan insinyur yang memadai.

“Untuk jumlah insinyur di Banten ada 2000, kalau warga Banten 9 juta penduduk, jika mengikuti Korea kita butuh 180 ribu insinyur, itu masih jauh,” terangnya.

Sementara untuk mendukung ketahanan pangan kata dia, diperlukan infrastruktur pertanian yang memadai seperti memperbanyak irigasi teknis dan peningkatan kompetensi para insinyur.

Edianto menyayangkan sejuah ini support dan pola komunikasi dari Pemprov Banten belum maksimal terhadap PII. Padahal menurutnya banyak insinyur lokal turut berkontribusi terhadap pembangunan di Banten.

“Harapannya supportnya kita tunggu karena kan insinyur lokal itu sudah banyak berkontribusi,” tandasnya.(Aep)

Print Friendly, PDF & Email