oleh

Lawan Airin, Ikhsan Dongkrak Popularitas, Arsid Politik Teraniaya

image_pdfimage_print

Kabar6-Saat ini, publik disuguhi dengan pemberitaan terkait koordinator timses pasangan calon nomor urut 2, Arsid-Elvier, yang merasa diintimidasi oleh aparat kepolisian.

 

Oleh: Sonny Majid, Penggiat Muda Nahdlatul Ulama (NU), warga Ciputat.

Ketika itu, polisi bertugas untuk meminta data seputar visi misi pasangan calon Arsid-Elvier, sekaligus mencari informasi serta mendokumentasikan gambar alat peraga kampanye.

Entah kenapa, tiba-tiba berita yang muncul bahwa petugas polisi tersebut melakukan intimidasi. Tak lama kemudian, Kapolres Tangsel, AKBP Ayi Supardan langsung membantah dan menegaskan, bahwa pengumpulan informasi juga dilakukan kepada seluruh pasangan calon.

Jika merunut rentetan-rentetan atau hiruk-pikuk tiga pekan terakhir, dibalik kejadian-kejadian tersebut, ada sesuatu yang tersurat.

Sebelum diungkap apa itu yang tersurat, sebelumnya memang perlu diakui, bahwa pasangan petahana Airin-Benyamin merupakan pesaing kuat bagi dua pasangan calon lainnya, Ikhsan-Li Claudia dan Arsid-Elvier sendiri.

Sehingga wajar, jika momentum sepanjang tiga pekan tersebut, para timses akan bertarung opini publik sebagai bagian dari strategi politik massa.

Ikhsan-Li Claudia misalnya, timsesnya terus-terusan membombardir Airin-Ben dengan isu-isu dugaan pelanggaran kampanye.

Pertanyaannya kemudian? Kenapa timses pasangan calon nomor urut 1 ini lebih memilih pasangan Airin-Ben sebagai pihak yang banyak dilaporkan.

Jika mengacu pada “dinamika kelompok dan politik bunyi-bunyian” pasangan Ikhsan-Li Claudian harus mendongkrak popularitasnya. Caranya bagaimana? Adalah menjadikan Airin-Ben sebagai sasaran tembak lantaran pasangan tersebut merupakan “lawan besar.”

Teorinya: “Jika ingin besar cari lawan yang besar, jangan cari lawan yang kecil.”

Dengan melaporkan dugaan pelanggaran-pelanggaran Airin-Ben, maka Ikhsan-Li Claudia akan terus ter-ekspose dan menjadi objek liputan media.

Bagaimana hal itu terjadi? Ya, karena Airin-Ben, ingat….adalah pasangan petahana. Mereka inilah “lawan besarnya”.

Dengan menyerang terus Airin-Ben, maka Ikhsan-Li Claudia akan semakin dikenal publik.

Nah…Arsid-Elvier bagaimana? Sebelum membeberkannya, kita kembali dulu ke belakang, saat Arsid berpasangan Andry Taulani ketika Pilkada 2010.

Pernah terjadi insiden pelemparan batu ke rumah Andry. Esoknya muncul pemberitaan yang mampu menciptakan opini bahwa aksi pelemparan tersebut dilakukan oleh salah satu tim pasangan calon lainnya.

Entah serupa atau nyaris serupa, apa yang terjadi hari ini ketika polisi datang ke rumah koordinator timses Arsid-Elvier, kesan “diintimidasi” kembali menguak ke publik melalui pemberitaan media.

Ada pertanyaan menggelitik dari rekam jejak konstelasi pilkada Tangsel sekarang. Keduanya memanfaatkan pasangan “Airin-Ben” sebagai “lawan besar” yang dijadikan sebagai alat mendongkrak popularitas.

Jika timses Ikhsan-Li Claudia memanfaatkan popularitas Airin-Ben untuk menaikkan popularitasnya, sementara Arsid-Elvier masih dengan pola sama, “terkesan teraniaya”. Apakah benar demikian? Entahlah…!(***)

NB: Artikel kiriman pembaca. Isi menjadi tanggungjawab pengirim.

Print Friendly, PDF & Email