oleh

Larang Tradisi Nyate, MUI Pusat: Perlu Pendekatan Humanis

image_pdfimage_print

Kabar6-Satgas Covid-19 di berbagai daerah menghadapi tantangan besar dalam perayaan Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriah di tengah pandemi virus corona. Mereka harus mengawasi warga sekitar agar tidak berkerumun.

Mulai dari ritual sholat Ied berjamaah meski pemerintah sudah mengimbau agar di rumah saja. Hingga tradisi membakar sate atau nyate di kalangan masyarakat.

“Oleh karena itu perlu pendekatan-pendekatan humanis,” kata Ketua Dewan Dakwah MUI Pusat, Prof KH Cholil Nafis, Senin (19/7/2021).

Jangan sampai orang mau sholat dihadang kayak pelaku kriminal. Cholil bilang, ajak bicara baik-baik yang paling efektif sebagaimana dirinya sampaikan ke sebagian teman-teman yang diundang untuk menjadi khotib.

“Saya bilang jangan mau. Ini kan gak enak pak saya diundang. Anda ini penceramah yang harus membawa umat kepada kebaikan. Maka Anda yang menentukan umat bukan sebaliknya,” terangnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, didatangi pada takmir, khotib disampaikan. Jangan sampai memaksakan mashalat lebih besar daripada shalat Ied.

“Kalau tidak ada khotib tidak ada imam dan bubar sendiri jamaahnya,” ujar Cholil Menurutnya, tidak perlu jamaah dihadang-hadang. Biarkan takmir yang mengumumkan langsung kepada masyarakat.

**Baca juga: MUI Tangsel Larang Pembagian Kupon Daging Kurban

Hindari sampai timbul persepsi negatif masyarakat kepada pemerintah. Perlu sosialisasi kepada masyarakat. Begitu halnya kerumunan. Sampaikan saja pendekatan persuasif kepada madyarakat.

“Jangan sampai terjadi kekerasan atau pendekatan yang tidak manusiawi sehingga menjadi kontraproduktif. Dari yang kita lakukan bersama untuk memberantas penyebaran virus Covid-19,” pesannya.(yud)

Print Friendly, PDF & Email