oleh

Komitmen Cakada Kota Cilegon Untuk Lingkungan yang Asri

image_pdfimage_print

Kabar6-Kota Cilegon mendapatkan julukan sebagai Kota Industri, Kota Baja hingga Kota Petro Dollar. Lantaran, berdiri banyak industri besar, ada industri baja hingga kota nya yang kecil namun UMP nya terbilang besar.

Dahulu, sebelum tahun 2006, masih bisa dijumpai kabur hingga embun di Kota Cilegon. Namun kini, seiring industri semakin bertambah luas dan maraknya pertambangan pasir dan batu, keasrian Kota Petro Dollar itu sudah hilang, berganti dengan polusi udara dan pencemaran lingkungan.

Saat musim hujan, tak terjadi banjir. Sedangkan ketika musim kemarau, Kota Industri itu tak pernah mengalami kekeringan. Dahulu, anak-anak kecil bebas bermain bola dan permainan tradisional lainnya di tanah lapang. Namun kini, hilang sudah.

Tiga calon kepala daerah (Cakada) Kota Cilegon, hari ini mengembalikan formulir pendaftarannya di gedung DPD Gerindra Banten. Ketiganya bernama Iye Iman Rohiman, Heldy Agustian dan Ati Marliyati. Ketiganya sama-sama berjanji akan membenahi lingkungan, tata lingkungan hingga pencemaran udara di ‘Kota Baja’ itu.

“Air itu (kekeringan dan kebanjiran) hakikat Allah, di Cilegon juga kan ada BUMD. Disini lah peran pemerintah bukan hanya berbisnis, tapi juga kepedulian terhadap masyarakat. Tapi itu tergantung pemimpinnya,” kata salah satu Cakada Cilegon bernama Iye Iman Rohiman, ditemui di gedung Gerindra Banten, Kota Serang, Kamis (14/11/2019).

Sedangkan menurut Cakada lainnya, Ati Marliyati, Mayan ASN dengan jabatan terahir Kepala Dinas Bappeda Kota Cilegon ini berujar kalau Kota Baja tersebut sudah masuk ke dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) nasional. Sehingga RTRW di daerah harus mengikuti yang ada di pemerintahan pusat.

Selama tidak melanggar RTRW dan aturan untuk menanamkan investasinya, maka Pemkot Cilegon tidak bisa melarang masuknya arus investasi di ujung barat Pulau Jawa tersebut.

“Cilegon masuk ke dalam kawasan strategis naisonal, kalau bebricara RTRW itu tata ruang sudah di tata, ada daerah perkampungan dan industri. Kalau ada pembangunan di Kota Cilegon, kita mengikuti aturan yang ada. Kalau ada proses pembangunan disitu, pasti ada ruangan yang digunakan. Kalau pembangunan dilakukan sesuai tata ruang yang ada, saya pikir tidak masalah. Problem nya, apakah industri itu patuh, termasuk investasi yang masuk. Investasi masuk tapi tidak merusak lingkungan,” kata Ati Marliyati, ditempat yang sama, Kamis (14/11/2019).

Bahkan dari setiap perhelatan pemilihan kepala daerah, mereka ramai-ramai berjanji membuka lapangan pekerjaan untuk mengurangi pengangguran dan menaikkan taraf perekonomian masyarakat. Namun, kerap kali investasi yang masuk menambah polusi udara, suara dan lingkungan di Kota Baja itu.

Berdasarkan data BPS terbaru, Banten menempati urutan pertama dengan pengangguran terbanyak, salah satu penyumbang angka penganggurannya ada di Kota Cilegon, dengan 9,68 persen. Sedangkan dalam rentang waktu 2010-2018, angkat pengangguran terbukanya mencapai 9,33 persen.

Para calon pun berupaya menarik simpati masyarakat dengan menjanjikan luasnya lapangan pekerjaan dengan menarik investasi yang seluas-luasnya. Bahkan, ada yang memberikan solusi dengan pengembangan UKM bagi masyarakat Kota Cilegon.

**Baca juga: Miliki Daya Tarik Tersendiri, Kota Cilegon Layak Jadi Singapuranya Indonesia.

Sebut saja Heldy Agustian, pengusaha showroom mobil hingga sanggar batik Krakatoa yang diciptakannya. Dia mengklaim bisa membuka lapangan pekerjaan yang padat karya dan menaikkan taraf perekonomian warga disekitarnya.

“Kita minta kerjasama pemerintah dan industri adalah membangun rumah siap kerja, yaitu di Ciwandan, Grogol dan Citangkil. Sehingga anak lulusan SMA sederajat, mereka bisa berlatih enam bulan disitu dan praktek tiga bulan di perusahaan. Pengangguran dari situ tentu tidak bisa dikurangi semuanya. Bisa juga dari produk UMKM nya, membangun dari BUMD nya,” kata Heldy Agustian, ditempat yang sama, Kamis (14/11/2019).(Dhi)

Print Friendly, PDF & Email