oleh

Ketika Seni Budaya di Tangerang Tergerus Zaman

image_pdfimage_print

Kabar6-Provisi Banten merupakan wilayah yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian dibidang budaya. Dimana sejak zaman dahulu selalu meninggalkan kisah yang panjang.

Namun, sejak 14 tahun Banten berdaulat menjadi propinsi, pasang surut pergolakan dan pergerakan di tatanan masyarakatnya, mulai berdampak ke berbagai bidang. Salah satunya kesan tersisihnya nilai kebudayaan asal setempat.

Demikian pandangan yang disampaikan Budayawan Tangerang, Tubagus Saptani Suria, disela-sela perbincangan bersama Kabar6.com, Sabtu (9/5/2015).

Menurutnya, upaya-upaya pengenalan dan pelestarian aset budaya di tengah masyarakat, masih belum optimal, khususon terhadap budaya yang memiliki ciri khas didaerahnya masing-masing.

Ia mengambil sample budaya yang ada diwilayah Tangerang, yaitu seni Tari Cokek. Dimana, budaya itu kini makin terasa hilang, akibat tergerus pesatnya perkembangan zaman.

Menurut sumber yang ia peroleh, sejatinya seni Tari Cokek berasal dari wilayah Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, pada awal abad 19.

“Berawal dari tiga orang yang hobby main musik, yaitu Tehiyan, Su Khong dan Khong Ahyan. Tiga alat musik yang mereka bawa kemudian dimainkan bersama-sama alat musik kampung oleh grup musik yang di miliki tuan tanah Tan Sio Kek,” ungkap TB Sapta.

Dari perpaduan bunyi berbagai alat musik yang dimainkan itulah, terlahir musik dengan sebutan Gambang Kromong.

Sedangkan para gadis yang menari dengan iringan irama musik itu, kemudian memakai kebaya yang disebut sebagai Cokek, yang kemudian dikenal sebagai Tari Cokek.

“Jadi, kalau mengikuti versi ini, memang tak heran kalau kebudayaan yang muncul dari hasil percampuran budaya Tionghoa dan Jawa lebih dikenal di kawasan Tangerang (baik kota maupun kabupaten). Tarian ini identik dengan kehidupan kaum Tionghoa Tangerang atau Cina Benteng,” jelasnya.

Terlepas dalam perjalanannya tarian daerah kerap di identikkan sebagai tarian yang erotis, namun merujuk sisi estetika bentuk hasil cipta karsa, ini merupakan hal positif untuk di kembangkan sebagai warisan budaya.

“Berangkat dari kondisi di atas, saya bersama budayawan Tangerang lainnya, berencana menggelar pertunjukan seni Tari Cokek itu, pada Tanggal 10 mei 2015 di Tanjung Burung, Kabupaten Tangerang,” tukasnya.

Pertunjukan tari cokek tersebut, sekaligus menjadi inisiatif Rempug Budayawan, guna melestarikan warisan budaya yang ada di Banten.

“Lewat acara itu, masyarakat bisa tergerak untuk membangkitkan warisan budaya yang hampir punah. Juga generasi penerus bisa mengembangkan minat dan bakatnya, dalam mempromosikan kearifan lokal di setiap kota dan kabupaten di Banten,” pungkasnya.(ges)

**Baca juga: Malam Ini, Ribuan Buruh Tangerang Kenang “Marsinah”.

Print Friendly, PDF & Email