oleh

Kakao Asal Banten Bidik Pasar Eropa

image_pdfimage_print

Kabar6-Kakao di Provinsi Banten mendapat sambutan antusias dari masyarakat. Selain hasil produksi memiliki harga stabil, kakao juga dapat dipanen sepanjang tahun. Bahkan, kako asal Banten siap membidik pasar Eropa.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Provinsi Banten Suyitno mengatakan, saat ini luas lahan komoditas kakao di Provinsi Banten mencapai 7.397,18 hektar dengan produksi sebesar 2.324 ton biji kakao.

Kakao ini tersebar di Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Serang.

“Dari total luas kebun tanaman kakao itu, seluas 1.022,65 hektar atau 14 persennya merupakan perusahaan perkebunan swasta yang mayoritas sudah menghasilkan. Sekitar 6.374,53 hektar atau 86 persen merupakan kebun rakyat,” kata Suyitno, Jumat (18/10/2013).

Diakui, umumnya tanaman kakao belum dibudidayakan secara baik. Untuk itu pembudidayaannya perlu upaya optimal dari semua pihak.

Terlebih sejak 2008, Pemprov Banten melalui Dishutbun telah mengembangkan tanaman kakao sebagai tanaman komoditas unggulan melalui pola klaster yang diwujudkan dalam bentuk kampung kakao di Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang.

Sementara untuk mendapatkan jaminan harga produksi kakao petani, telah
dilakukan rintisan kerjasama kemitraan pemasaran hasil (MoU) antara Gapoktan Angsana Anyer Kabupaten Serang dan Gapoktan Silih Asih Mandalawangi Kabupaten Pandeglang, dengan PT Bumi Tangerang sebagai pemasok bahan baku.

“Selain menampung hasil produksi kakao petani di Banten, PT Bumi Tangerang juga memberikan pembinaan kepada petani,  khususnya kakao fermentasi. Dari kegiatan ini diharapkan dapat berkembang terhadap Gapoktan atau kelompok tani lainnya,” paparnya.

Dijelaskan, untuk memperkuat pemasaran hasil produksi kakao, pihaknya berencana untuk menggandeng Karang Taruna Banten. Kerjasama ini bertujuan agar kakao asal Banten dapat bersaing menembus pasar dunia.

“Kakao Provinsi Banten di Kecamatan Anyer dan Kabupaten Serang sudah menembus pasar Eropa. Buah pembuat bahan cokelat yang dikembangkan Dishutbun Provinsi Banten ini tak kalah bersaing dengan komoditas sejenis dari Ambon, Jambi, Ternate, dan Papua,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Karang Taruna Provinsi Banten Andhika Hazrumy membenarkan kerjasama pengembangan kampung kakao dan pemasaran hasil produksinya.

“Kami harus menangkap peluang pasar sebaik mungkin karena Industri Pengolahan Kakao Nasional berada di Provinsi Banten. Kami dapat memasok kebutuhan industri tersebut sebelum daerah lain, sehingga kami dapat menikmati margin lebih baik karena dapat menekan biaya produksi,” ujarnya.

Ia menyebutkan, untuk meningkatkan nilai tambah, petani atau kelompok tani di Provinsi Banten harus terus mendapat bimbingan teknis dalam fermentasi biji kakao. Cara paling sederhana dengan memeras dalam karung jika tidak terdapat peti fermentasi.

“Pemerintah juga harus terus memberikan dukungan bibit, pupuk hingga sarana prasarana pengolahan hasil kakao,” kata Andhika, calon anggota dewan di DPR.(rani)

Print Friendly, PDF & Email