oleh

Junk Food Bisa Sebabkan Depresi?

image_pdfimage_print
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Makanan rendah gizi (nirnutrisi) atau disebut juga junk food,  adalah istilah yang mendeskripsikan makanan tidak sehat atau memiliki sedikit kandungan nutrisi. Makanan nirnutrisi mengandung jumlah lemak yang besar.

Menurut National Institute of Mental Health, dilansir Foxnews, hampir seperempat dari penduduk Amerika menderita gangguan jiwa. Dan penelitian terbaru mengatakan, pola diet mungkin berperan dalam menyebabkan gangguan mental.

Hubungan antara diet dan gangguan mental merupakan bahan baru yang diselidiki, tetapi sudah banyak penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang erat antara kedua topik tersebut.

Hasil penelitian tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa konsumsi makanan yang banyak mengandung tepung, makanan yang tidak diproses, sayuran yang diperkaya dengan nutrisi, buah, ikan, daging dan gandum utuh, berhubungan erat dengan rendahnya angka kejadian gangguan mental atau masalah mental.
Sementara pola diet yang banyak mengkonsumsi junk food (makanan yang digoreng, makanan yang melalui proses, makanan manis) sangat berhubungan dengan peningkatan gangguan mental.

Sangat penting untuk dicatat bahwa sejauh ini perbedaan yang didapatkan baru sebatas korelasi, dan bukan hubungan sebab akibat. Bahkan sampai saat ini para peneliti belum mengetahui secara pasti bagaimana makanan dapat memengaruhi kesehatan mental. Saat ini banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana kaitan antara usus dan otak dan peranannya dalam menyebabkan gangguan mental.

Berikut adalah mekanisme yang mungkin penghubung antara makanan dan gangguan mental, mikroba (apakah itu mikroba yang baik maupun yang jahat) yang tinggal di saluran pencernaan dipercaya para ilmuwan menjadi sarana komunikasi langsung antara usus dan otak dan mikroba ini memiliki peranan penting dalam menentukan kesehatan fisik maupun mental kita. ** Baca juga: Mengapa Dikatakan Gula Merusak Kulit?

Saat Anda mengonsumsi makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan tumbuhnya bakteri jahat yang dapat merusak keseimbangan bakteri di dalam usus. Penelitian yang dilakukan terhadap tikus menunjukkan bahwa rusaknya keseimbangan mikroba dapat menimbulkan berbagai gangguan seperti perubahan kimia di otak, perubahan mood dan perilaku yang dapat berakhir menjadi depresi dan gangguan kecemasan atau anxiety.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email