oleh

Jerman dan Korea Selatan Dianggap Contoh Terbaik dalam Tangani COVID-19

image_pdfimage_print

Kabar6-Dua negara, Korea Selatan (Korsel) dan Jerman, dianggap menjadi contoh terbaik dalam menangani COVID-19. Diketahui, meskipun tidak secara ketat menerapkan lockdown, angka infeksi di kedua negara itu menurun. Ya, mereka menggunakan pendekatan berbeda untuk menangani pandemi ini.

Korsel mulai menerima kasus positif virus Corona pada Februari. Negeri Gingseng ini, melansir tempo.co, menggunakan kombinasi pengujian luas, pelacakan kontak yang agresif, langkah-langkah kesehatan masyarakat yang tegas dan teknologi dgital dalam memantau penyebaran virus, tanpa harus memaksakan lockdown dalam skala luas.

Namun Korsel menerapkan karantina yang ketat. Hasilnya, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakitnya (CDC), angka kematian nasional mencapai 256 pada Jumat (8/5/2020).

Pemerintah Korsel pun mulai melonggarkan karantina wilayah pada Rabu (6/5/2020), dan mulai melonggarkan aturan-aturan jarak sosial yang ketat, yang diberlakukan sejak 22 Maret lalu. Pemerintah Korsel, menerapkan serangkaian pedoman, yang disebut sebagai ‘distancing in daily life’.

Menurut pedoman itu, warga harus tinggal di rumah jika mereka sakit dengan dugaan gejala COVID-19. Warga juga terus menjaga jarak dua meter (enam kaki) dari orang lain, mencuci tangan selama 30 detik dan menjaga kamar berventilasi baik dan didesinfeksi secara teratur.

Mereka yang berusia di atas 65 dan dalam kelompok berisiko tinggi harus terus tinggal di rumah. Mereka juga harus menghindari ruang tertutup dan penuh sesak.

Anak-anak kembali ke sekolah hari ini (13/5/2020). Menteri Pendidikan Korea Selatan, Yoo Eun-Hae, memberitahu para siswa apa yang akan terjadi dalam realitas post-virus corona.

“Segera setelah Anda tiba di kelas, Anda perlu membersihkan meja Anda sementara jendela harus sering dibuka,” jelas Eun-Hae.

“Kalian juga akan diharuskan memakai masker kecuali saat makan dan menjaga jarak dua kali lipat dari ukuran lengan saat kalian sedang bergerak atau berdiri dalam antrean. Kalian harus mengingat aturan ini dan harus dicamkan.”

Sementara itu, Jerman juga mengambil pendekatan selangkah demi selangkah, untuk membuka kembali bisnis setelah penutupan selama seminggu. Kanselir Angela Merkel berbicara kepada warga Jerman pada Rabu (6/5/2020), bahwa mereka bisa sedikit berani. Namun ia tetap meminta semua berhati-hati.

“Pembatasan sosial akan tetap berlaku sampai 5 Juni,” katanya. Ia mempersilakan warga Jerman bertemu dengan tetangga atau dari rumah tangga lainnya. Tapi tetap terpisah 1,5 meter (lima kaki) dan menutup mulut dan hidung dengan masker di depan umum.

Toko-toko dapat dibuka kembali dengan meningkatkan kebersihan, “Fase pertama pandemi ada di belakang kami, tetapi kami masih dalam tahap awal setelah wabah,” kata Merkel mengingatkan.

Respons Jerman terhadap COVID-19 secara luas dipandang sebagai kisah sukses di Eropa. Korban jiwa Covid-19 di negara itu relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.

Sistem kesehatan dengan SDM yang baik, memungkinkan rumah sakit Jerman menerima pasien dari negara-negara Eropa lainnya. Artinya, industri diagnostik canggih Jerman mampu menguji secara massal wabah sejak awal.

Dikatakan Robert Koch Institute (RKI), Jerman mampu melakukan 964 ribu tes virus corona per minggu. Meskipun hanya sekira sepertiga dari kapasitas yang digunakan dalam seminggu terakhir. Pendekatan Jerman yang relatif hati-hati untuk membuka kembali perbatasannya tampak bijaksana.

Sistem pemerintahan terdesentralisasi Jerman, ditambah dengan koordinasi nasional, berarti ada fleksibilitas lokal yang berguna untuk memutuskan dengan tepat, mengenai karantina wilayah ataupun pembatasan sosial. ** Baca juga: Wanita Yao di Tiongkok Potong Rambut Sekali Seumur Hidup

Patut dicontoh.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email