Kabar6-Setiap orang secara berkala seringkali mengalami stres, entar karena masalah pekerjaan, percintaan, dan lain sebagainya. Stres yang berkepanjangan dapat lebih jauh memengaruhi kesehatan fisik, mental, dan emosional. Bagaimana stres dapat mempengaruhi kinerja otak? Dilansir Huffington Post berikut uraiannya:
1. Seseorang yang sedang stres akan mudah meluapkan amarah. Saat di bawah tekanan, banyak orang menjadi terganggu dan pelupa. Kondisi ini dapat menjadi pertanda bahwa stres berdampak buruk bagi otak.
Para peneliti di Prancis menemukan sebuah enzim yang saat dipicu stres akan menyerang molekul dalam hippocampus (area otak yang terkait pembelajaran, memori, dan emosi) yang bertanggung jawab untuk mengatur sinapsis. Saat sinapsis dimodifikasi, hubungan saraf akan lebih sedikit terbentuk.
Efek ini menyebabkan seseorang kehilangan keramahan mereka, menghindari interaksi dengan orang-orang, dan memiliki gangguan memori atau pemahaman.
2. Stres yang terus menerus dapat membahayakan kapasitas memori dan pembelajaran otak dengan mengurangi volume kecerdasan otak di daerah otak yang berhubungan dengan emosi, kontrol diri, dan fungsi fisiologis.
3. Menurut Scientific American, stres dapat menghentikan produksi saraf baru di hippocamus dan juga dapat memengaruhi kecepatan koneksi antara sel-sel di bagian tersebut.
4. Saat korsitol menghambat aktivitas hippocampus, itu meningkatkan ukuran dan aktivitas amigdala, pusat utama otak untuk respon emosional dan motivasi. Amigdala bertanggung jawab untuk pengolahan rasa takut, persepsi ancaman, dan respon perlawanan.
Peningkatan aktivitas berarti seseorang dalam keadaan bereaksi terhadap ancaman, yang dapat memiliki efek yang melarang otak menerima informasi baru. Hal ini juga dapat meningkatkan reaksi emosional. ** Baca juga: 5 Hal yang Menandakan Anda Harus ‘Puasa’ dari Medsos
Hindari hal-hal yang dapat memicu stres, salah satunya dengan menerapkan gaya hidup sehat.(ilj/bbs)
