oleh

Istana Pasir Itu Ternyata Benteng Kuno Arg-e Bam

image_pdfimage_print
Dinding Arg-e Bam yang kokoh.(National Geographic)
Dinding Arg-e Bam yang kokoh.(National Geographic)

Kabar6-Jika dilihat sepintas, bangunan tersebut seperti istana pasir. Padahal Arg-e Bam adalah sebuah benteng tua. Bangunan ini terletak di tepi selatan dataran tinggi Iran yang dekat perbatasan Pakistan yang menandai Jalur Sutra.

Menurut legenda, kota arsitektur tanah liat ini berutang keberadaannya kepada seekor cacing ajaib. Menurut sejarawan dan ahli geografi, Hamdollah Mostowfi, ketika serangan seorang penakluk menyerbu benteng tersebut dan menusuk cacing dengan tongkat logam, Cacing Haftvad meledak, dan karena alasan itulah tempat tersebut mengambil nama Bam (yang berarti meledak).

Dibangun selama abad ke 6 hingga 4 SM di persimpangan rute penting perdagangan. Dilansir National Geographic, benteng berkubah dan struktur kubah merupakan ciri khas kota abad pertengahan kota yang diperkuat pertahanannya, dan dibangun dengan menggunakan chineh (lapisan lumpur) dan khesht (bata lumpur yang dijemur).

Sisi lain Arg-e Bam.(Tripadvisor)
Sisi lain Arg-e Bam.(Tripadvisor)

Pada abad ke-19, sebagian besar penduduk Bam pindah ke permukiman di luar benteng, namun bangunan dan masjidnya terus digunakan untuk pendidikan, praktik keagamaan, dan perayaan budaya seperti Nowruz, tahun baru Persia sampai abad ke-21.

Pada 26 Desember 2003 di pagi hari, sebuah gempa berskala 6,6 di sepanjang Patahan Seismik Bam menghancurkan wilayah tersebut. Lebih dari 30.000 meninggal, puluhan ribu terluka, dan diperkirakan ratusan ribu kehilangan tempat tinggal.

Sebagian besar dinding pertahanan Arg-e Bam dan Kantor Gubernur menjadi puing-puing, namun qanats dan pondasi benteng tetap utuh, menunjukkan lapisan sejarah baru bagi para arkeolog. ** Baca juga: Aragog, Laba-laba dalam Film Harry Potter yang Ternyata Memang Ada

UNESCO menyiapkan rencana rekonstruksi komprehensif, dalam kurun waktu 2008-2017 untuk memperbaiki kota dengan menggunakan teknik dan bahan arsitektur tanah asli. Pada 2013, benteng tersebut dihapus dari Daftar Warisan Dunia yang dalam Bahaya dan pada 2016, kerusakan tersebut sudah lebih dari 90 persen telah dipulihkan.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email