oleh

Ini Analisa TP2D Tangbar Atasi Banjir di Kabupaten Tangerang

image_pdfimage_print

Kabar6-Tim Percepatan Pemekaran Daerah (TP2D) Tangerang Barat (Tangbar), mencoba membuat analisa seputar penanganan musibah banjir yang kerap mengancam Kabupaten Tangerang, khususnya di Kecamatan Jayanti, Kresek dan lainnya.

Di beberapa wilayah itu, hampir setiap tahun menjadi langganan banjir dengan ketinggian air mencapai satu hingga dua meter. Sebab, wilayah tersebut berdekatan dengan aliran sungai Cidurian.

Hingga hari ini, Pemerintah Kabupaten Tangerang, belum juga mampu menemukan solusi jitu untuk menangani persoalan yang kerap membuat warga menderita tersebut.

“Untuk itu, kami coba membuat analisa penanganan banjir di daerah ini, khususnya untuk wilayah Tangbar,” ungkap Ketua TP2D Tangbar, Isbandi Ardiwinata, kepada Kabar6.com, Jum’at (11/1/2013).

Berikut analisa TP2D Tangbar untuk penanganan banjir di sungai Cidurian.

1. LETAK GEOGRAFIS

Secara geografis letak sungai Cidurian berada antara 1060 00’ dan 1060 30’ Bujur Timur serta 50 00’ dan 60 40’ Lintang Selatan. Luas sungai Cidurian kurang lebih 815 km2 dengan panjang sungai 81.5 km.

Wilayah Aliran Sungai Cidurian ini dibatasi oleh, bagian Utara laut Jawa, Barat dibatasi wilayah aliran sungai Ciujung.

Bagian Timur dibatasi wilayah aliran sungai Cisadane-Ciliwung, Selatan dibatasi oleh wilayah aliran Sungai Cibaliung–Cibareno.

Sungai Cidurian mengalir dari sumber mata air yang berada di komplek Gunung Gede ke laut Jawa dengan melewati sejumlah kabupaten yakni, Bogor, Lebak, Serang dan Tangerang.

Sungai Cidurian mempunyai tiga anak sungai utama yaitu, sungai Cidurian Hulu, Cibeureum dan Cipangaur.

Pertemuan aliran sungai ini  bervariasi diantaranya, sungai Cidurian dengan sungai Cipangaur berada di daerah Cilaang dan sungai Cidurian dan sungai Cibeureum di daerah Cikande.

Topografi sungai Cidurian yang merupakan daerah dataran dengan kemiringan antara 0.00012 – 0.00025 terletak pada daerah muara sungai sampai dengan daerah pertemuan antara Cibeureum dan sungai Cidurian.

Dan, untuk topografi yang landai kearah terjal (daerah pegunungan) terletak pada daerah pertemuan sungai Cidurian dengan sungai Cipangaur sampai kearah hulu dengan kemiringan 0.0004 – 0.0007.

2. TATA GUNA LAHAN

Lahan yang ada di kiri dan kanan Daerah Aliran Sungai Cidurian secara umum merupakan daerah perbukitan , perkebunan, hutan, sawah, pemukiman, industri dan sebagainya.

Jenis lahan yang ada sangat dipengaruhi oleh keberadaan tempat tersebut terhadap topografi sungai.

Secara rinci, lahan yang ada di kiri dan kanan sungai dapat diuraikan sebagai berikut :

Daerah bagian hulu sungai : hutan , perkebunan, galian golongan C (pasir), persawahan, perkotaan, pemukiman.

Daerah bagian tengah sungai : kebun, persawahan, pemukiman, galian golongan C (pasir), jaringan irigasi dan industri.

Daerah bagian hilir sungai : kebun, pemukiman ,galian golongan C (pasir), industri, perkotaan dan tambak.

Penanganan masalah banjir yang kerap terjadi di wilayah Ciujung, Cikande dan Kresek, perlu dilihat dari sumber aliran air sungai dari hulu ke hilir.

Sejauh ini, banjir yang sering terjadi diakibatkan oleh banjir kiriman sebagai bentuk lemahnya daya tampung sungai dalam menyalurkan kekuatan debit air yang besar dari arah Bogor, Lebak, Serang dan Tangerang.

Oleh karenanya, dibutuhkan kerjasama lintas daerah dalam menata sistim pengaturan aliran air sungai secara terpadu, baik dalam pendistribusian air maupun pembangunan tempat penampungan air sebagai bentuk pengalihan kelebihan debit air disaat terjadi curah hujan tinggi.

“Selain itu, penanggulangan dampak limpahan air pada wilayah padat penduduk perlu dilakukan pembuatan tanggul secara kokoh dan penanaman pohon di sekitar bantaran kali,” tutur Isbandi.(din)

Print Friendly, PDF & Email