oleh

Ini 5 Mitos dan Fakta Seputar COVID-19

image_pdfimage_print

Kabar6-Ada banyak kekhawatirkan yang muncul seputar COVID-19. Simpang siur informasi membuat tak sedikit masyarakat menjadi panik. Hal itu karena beredar sejumlah mitos tentang COVID-19 yang belum diketahui kebenarannya.

Tentu saja kondisi ini justru membuat pencegahan atau penanganan virus ini menjadi semakin kacau. Melansir doktersehat, berikut lima mitos dan fakta seputar COVID-19:

1. COVID-19 bisa menular antarmanusia
Ahli SARS terkemuka dari Tiongkok, Zhong Nansan memastikan bahwa virus corona memang bisa menular antarmanusia. Padahal sebelumnya, otoritas kesehatan dari Wuhan sempat menyebut virus ini sepertinya tidak bisa menular antarmanusia.

Hasil penelitian yang dilakukan para ahli dari Hong Kong University and China’s State Key Laboratory of Emerging Infectious Diseases dan dipublikasikan dalam jurnal The Lancet mengungkapkan, penularan ini bisa terjadi akibat bersin-bersin atau batuk yang menyemburkan cairan berisi COVID-19.

Jika kita terpapar, masa inkubasi virus ini sekira 14 hari. Hal ini berarti, bisa jadi kita tidak akan mengalami gejala kesehatan apa pun sebelum akhirnya mengalaminya. Bahkan, meskipun belum ada gejala, kita tetap saja bisa menularkan virus ini ke orang lain.

2. Belum ada obat untuk COVID-19
Sayangnya, anggapan ini juga benar. Dalam realita, para ahli belum menemukan obat yang bisa menyembuhkan COVID-19. Gejala dari penyakit ini juga sangat bervariasi, baik itu peradangan parah pada saluran paru-paru, demam tinggi, hingga diare.

Kebanyakan korban meninggal adalah mereka yang berusia paruh baya, yang sudah mengalami masalah kesehatan sebelumnya seperti diabetes.

Hanya saja, otoritas kesehatan Beijing menyebut, ada kemungkinan obat untuk mengatasi HIV bisa mengobati virus ini meskipun hal ini juga masih dalam penelitian lebih lanjut.

3. Adakah obat tradisional yang bisa mengatasi COVID-19?
Kita tentu pernah mendengar beberapa informasi kesehatan di grup WhatsApp atau di berbagai media sosial lain yang menyebut bahan-bahan herbal atau obat tradisional bisa menjadi pencegah atau obat infeksi COVID-19.

Sayangnya, pakar kesehatan dari National Health Commission dengan tegas menyebut informasi-informasi tersebut tidak benar. Hingga saat ini, para peneliti masih mencari obat-obatan untuk mencegah atau mengobati infeksi COVID-19. Hal ini berarti, obat tradisional juga belum bisa diandalkan untuk mengatasinya.

4. Masker bedah bisa cegah paparan COVID-19?
Banyak orang yang kini menggunakan masker bedah dengan variasi warna saat ke luar rumah atau saat berada di tempat yang dipenuhi banyak orang seperti pusat perbelanjaan atau stasiun transprotasi umum. Di beberapa tempat, stok masker bedah bahkan habis karena telah diborong banyak orang.

Memang, masker ini bisa mencegah paparan langsung dari semburan air yang berasal dari batuk-batuk atau bersin. Namun apabila dicermati, masker ini masih memiliki celah di sekitar hidung atau pipi sehingga kita sebenarnya masih rentan tertular COVID-19 jika memakainya.

Pakar kesehatan menyarankan kita untuk memakai masker yang lebih berkualitas atau masker N95. Kita juga harus rajin mencuci tangan dengan sabun dan tidak sembarangan menyentuh muka demi mencegah paparan virus ini.

Hanya saja, jika memang yang tersedia hanya masker bedah, memakainya tetap jauh lebih baik dibandingkan dengan tidak memakai pelindung sama sekali.

5. Pengecekan suhu tubuh efektif cegah penularan COVID-19?
Meski bisa mendeteksi orang dengan suhu lebih tinggi, dalam realitanya COVID-19 memiliki masa inkubasi hingga 14 hari sebelum memicu gejala seperti demam atau gangguan pernapasan.

Hal ini berarti, bisa jadi orang yang sedang dicek suhu tubuhnya sudah memiliki virus namun tidak mengalami gejala kesehatan apa pun. ** Baca juga: Gokil! Band Asal Kanada Tampil di Kedalaman 1.800 Meter

Tanyakan apa yang ingin diketahui tentang COVID-19 langsung pada dokter, sehingga Anda mendapatkan informasi yang tepat.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email