oleh

Hasil Model Terbaru Potensi Gempa Megathrust dan Tsunami di Banten-Jabar

image_pdfimage_print

Kabar6-Pemodelan terbaru terkait potensi bencana gempa megatrush telah dilakukan BMKG. Kemungkinan terburuk jika terjadi gempa bumi berkekuatan 8,7 magnitudo (M), dikedalaman 30 meter mampu menghasilkan tsunami setinggi 12,4 meter. Waktu tempuh hingga ke daratan membutuhkan waktu 14 menit.

Guna mengurangi korban luka, jiwa, dan kerusakan yang fatal dibutuhkan mitigasi kebencanaan dari berbagai elemen pemerintah dan swasta, yang dilakukan secata gotong royong.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Klas I Tangerang Suwardi mengatakan, tsunaminya bisa dibuatkan simulasi penjalaran gelombangnya. Sampai di pantai setelah terjadi gempa bumi berapa menit. Kita sudah buatkan simulasi terkait dengan gempabumi megathrust di selatan Banten.

Kemudian berdasarkan modelling Tsunami Observation And Simulation Terminal (TOAST) BMKG, kata Suwardi, gelombang tsunami sampai ke pantai membutuhkan waktu sekitar 14 menit untuk wilayah Pandeglang bagian Selatan.

“Kemudian 17 menit di Pulau Panaitan. Pandeglang bagian Utara membutuhkan waktu 18 menit. Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jabar selama 19 menit,” rinci Suwardi di Banten, Rabu (23/12/2020).

Selanjutnya di Ujung Gengteng, membutuhkan 20 menit. Lebak mencapai 21 menit. Serang bagian Utara 89 menit. Serang bagian barat 66 menit, dan Tangerang membutuhkan waktu 153 menit.

Sedangkan berdasarkan pemodelan terbaru itu, lanjut Suwardi, menghasilkan ketinggian gelombang tsunami di Kabupaten Pandeglang bagian selatan mencapai 10,6 meter. Kemudian di Pulau Panaitan, mencapai 6,3 meter.

“Pandeglang bagian Utara, setinggi 5,9 meter. Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), mencapai 10,2 meter. Kemudian di Ujung Genteng, ketinggiannya 11,5 meter,” paparnya.

Kabupaten Lebak tsunaminya setinggi 12,4 meter. Selanjutnya di Serang bagian Barat setinggi 2,32 meter dan serang bagian Utara setinggi 0,57 meter. Terakhir, di Tangerang gelombang tsunami hanya setinggi 0,36 meter. “Ini waktu tempuhnya sampai di pantai,” terangnya.

Suwardi menerangkan kalau mitigasi bencana sangatlah penting dilakukan. Karena, potensi dan ancaman gempa besar disertai tsunami bisa terjadi kapan saja, meski belum bisa diketahui kapan terjadinya.

Sehingga, kesiapsiagaan menghadapi bencana harus dilakukan dengan baik, agar masyarakat terlatih dan waspada akan bencana yang mengintainya. “Potensi tsunami di Selat Sunda dengan adanya megathrust itu nyata,” ujarnya.

**Baca juga: Gubernur Banten Wahidin Halim Galau tak Masuk Batasan Usia Divaksin Covid-19

Tapi kapan terjadinya kita semua tidak tahu, kata dia, karena gempa belum bisa di ramal, diprediksi, kalau jalur gempanya kita sudah tahu. “Tapi kapan terjadinya gempa, ini yang kita belum tahu dan negara maju pun belum ada yang sukses untuk memprediksi gempa,” jelasnya. (dhi)

Print Friendly, PDF & Email