oleh

Gara-gara Banjir, Harga Telur & Sayur Mayur Meroket

image_pdfimage_print

Kabar6-Penderitan warga akibat banjir yang melanda kiranya belum berakhir. Setelah kerusakan yang ditimbulkaan banjir, kini giliran harga kebutuhan pokok yang justru mulai merangsek naik.

Selain dikeluhkan warga, kenaikan harga kebutuhan pokok dan sayur mayur pascabanjir yang melanda, juga ikut menuai keluhan dari para pedagang, khususnya di pasar tradisional yang ada di Tangerang.

Pantauan kabar6.com di Pasar Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Kamis (24/1/2013), kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan harga adalah telur. Bila biasanya telur dijual Rp. 15 ribu per kilogram, kini naik drastis menjadi Rp. 19 ribu per kilogram.

Sementara Tomat yang biasanya dijual Rp. 6.000 per kilogram naik menjadi Rp. 12 ribu per kilogram, cabai merah dari Rp. 15 ribu per kilogram naik menjadi Rp. 25 ribu per kilogram, cabai rawit dari Rp. 15 ribu per kilogram menjadi Rp. 22 ribu per kilogram.  

Sedangkan bawang merah dari Rp. 6000 per kilogram kini naik menjadi Rp. 14 ribu per kilogram, kembang kol dari Rp. 6.000 per kilogram naik jadi Rp. 14 ribu per kilogram, wortel dari Rp. 5 ribu per kilogram jadi Rp. 12 per kilogram dan buncis dari Rp. 6000 menjadi Rp. 10 ribu per kilogram.

Kondisi kenaikan harga serupa juga di Pasar Anyer, Kota Tangerang dan Pasar Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Umumnya, lonjakan kenaikan harga terjadi antara 50 persen hingga 120 persen.

“Sepekan terakhir hidup kita sudah dibuat sengsara oleh banjir, sekarang tambah sengsara lagi karena harga sayur mayur naik. Ya, beginilah nasib orang kecil yang selalu jadi korban. Setelah korban banjir, korban harga sampai nanti jadi korban politik,” ujar Lisa (30), ibu rumah tangga saat ditemui di Pasar Serpong.

Sementara itu, sejumlah pedagang mengklaim bahwa kenaikan harga disebabkan semakin minimnya pasokan sayur mayur, pascabanjir yang melanda. Selain barang yang jumlahnya sedikit, pasokan juga tersendat akibat transportasi yang terhadang banjir. 

“Kalau sudah begini, justru pedaganglah yang paling menderita. Karena, selain omset dagangan yang merosot, kita sebagai pedagang justru kerap terkena imbas dari pelanggan yang memprotes harga,” ujar Ipul, pedagang sayur di Pasar Anyer.

Parahnya, lanjut Ipul, pihaknya sebagai pedagang juga harus menerima omelan itu sebagai hiburan. Karena bila tidak, pelanggan bakal kabur dan mencari tempat lain.(rani/tom migran)

Print Friendly, PDF & Email