1

Diklaim Bikin Wajah Lebih Menarik, Oplas ‘Telinga Peri’ Jadi Tren di Tiongkok

Kabar6-Tren unik di Tiongkok, banyak wanita menjalani operasi plastik (oplas) berbahaya demi memiliki ‘telinga peri’. Mereka mengklaim, dengan memperbesar telinga maka wajah akan terlihat lebih ramping dan lebih menarik.

“Hasilnya sangat jelas,” kata Song Yao, pemilik toko pakaian dari Hangzhou yang menjalani operasi telinga peri. “Anda bisa melihat telinga saya dari depan, dan secara keseluruhan saya terlihat lebih energik.”

Yao harus merogoh kocek sekira Rp22,6 juta untuk mengubah telinganya. “Saya baru menyadari bahwa sebenarnya banyak anak muda, kebanyakan setelah tahun 2000-an, mencari cara untuk memiliki telinga peri. Itu setelah saya membantu seorang selebriti online melakukannya pada awal tahun lalu,” terang Dr Yu Wenlin, dari Gaoshang Medical Pusat Kosmetik di Guangzhou. “Kemudian semakin banyak orang datang kepada saya setelah itu.”

Dr Wenlin sendiri melakukan hingga enam operasi setiap hari. Melansir globaltimes, prosedur untuk mendapatkan telinga peri ini biasanya melibatkan penyuntikan asam hialuronat yang sering digunakan dalam pengisi kulit ke dalam telinga sehingga menebal. Lainnya memasukkan sepotong tulang rawan di belakang telinga, untuk menopangnya ke depan sehingga terlihat dari tampilan wajah bagian depan.

Di Tiongkok, telinga yang menonjol secara tradisional dianggap sebagai simbol keberuntungan. Anggapan ini juga telah membantu tren telinga peri mendominasi platform media sosial lokal seperti Weibo.

Tagar di media sosial Tiongkok yang diterjemahkan menjadi ‘operasi plastik telinga peri’ telah menarik lebih dari 700 juta tampilan. Tagar viral lain di Weibo yang mengumpulkan lebih dari 200 juta tampilan bertanya, “Apa pendapat Anda tentang kecemasan penampilan sosial yang berkembang hingga melibatkan telinga?”

Banyak pengguna mencatat dalam komentar bahwa modifikasi tubuh ini tidak membuat seseorang lebih cantik, terutama ketika trennya mungkin akan segera hilang.

Diketahui, pasar bedah kosmetik Tiongkok tumbuh hampir tiga kali lipat dari 2015 hingga 2019, dan terus tumbuh setiap tahun. Menurut laporan yang dirilis oleh Deloitte Consulting pada Januari 2021, pasar ini menghasilkan sekira Rp401,4 triliun pada 2019 saja.(ilj/bbs)