oleh

Diet Sehat Mainkan Peran Penting dalam Redam Rasa Cemas

image_pdfimage_print

Kabar6-Rasa cemas yang terjadi secara berkala masuk dalam gejala depresi. Dan ternyata, diet sehat memainkan peran penting dalam meredam rasa cemas.

Sebuah penelitian mengaitkan gangguan kecemasan dengan inflamasi, peradangan dalam tubuh. Diketahui, peradangan dalam tubuh sangat erat kaitannya dengan makanan yang dikonsumsi.

Orang dengan asupan buah dan sayuran rendah, melansir FoodNdtv, sangat rentan menghadapi rasa cemas. Studi yang dipublikasikan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health mengungkapkan dampak dari pola makan yang buruk pada kecemasan.

Mereka yang mengonsumsi kurang dari tiga sumber buah dan sayuran setiap hari, memiliki 24 persen kemungkinan diagnosis gangguan kecemasan yang lebih tinggi.

“Mungkin ini menjelaskan temuan yang terkait dengan ukuran komposisi tubuh. Kalau kadar total lemak tubuh meningkat di atas 36 persen, kemungkinan gangguan kecemasan meningkat lebih dari 70 persen,” jelas Jose Mora-Almanza, salah satu penulis penelitian.

Dalam studi disebutkan bahwa peningkatan lemak tubuh ini dikaitkan dengan peradangan yang lebih besar. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa gangguan kecemasan itu dikaitkan dengan terjadinya peradangan akibat kurang makan sayur dan buah.

“Temuan kami sesuai dengan penelitian sebelumnya yang juga menunjukkan bahwa wanita lebih rentan terhadap gangguan kecemasan daripada pria,” ungkap Karen Kobayashi, penulis studi lainnya.

Penelitian ini mempelajari data dari Canadian Longitudinal Study on Aging yang mencakup 26.991 pria dan wanita berusia 45-85. ** Baca juga: Berapa Lama Ikan Boleh Disimpan dalam Kulkas?

Selain diet sehat dan komposisi tubuh, tingkat gangguan kecemasan juga berbeda berdasarkan jenis kelamin, status perkawinan, pendapatan, status imigran dan beberapa masalah kesehatan.

Sebagai contoh, satu dari sembilan wanita memiliki gangguan kecemasan. Lebih besar kemungkinannya dibandingkan dengan satu dari 15 pria.

Studi ini juga mengungkapkan, gangguan kecemasan di antara mereka yang lajang (13,9 persen) jauh lebih tinggi daripada mereka yang berpasangan (7,8 persen). Selain itu, tingkat pendapatan juga berpengaruh.

“Kami tidak terkejut menemukan bahwa mereka yang berada dalam kemiskinan memiliki prevalensi gangguan kecemasan yang begitu tinggi, untuk berjuang mendapatkan kebutuhan dasar seperti makanan dan rumah, menyebabkan stres tanpa henti dan secara inheren memicu kecemasan,” urai Hongmei Tong, penulis lainnya yang juga merupakan Asisten Profesor di Universitas MacEwan, Kanada.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email