oleh

Dari Tak Produktif, Destinasi Wisata Mangrove Desa Muara Jadi Harapan Masyarakat

image_pdfimage_print

Kabar6-Hutan mangrove yang terletak di Desa Muara, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang yang dulunya tidak produktif kini menjadi tempat harapan bagi para nelayan dan warga sekitar untuk bertaruh hidup.

Betapa tidak, eksistensi wisata berupa edukatif dan rekreatif kian menarik perhatian bagi para pelancong. Hutan mangrove itu dikelola langsung oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Mina Muara Berdikari, Desa Muara.

Ratusan nelayan dan warga setempat dapat bergantung hidup untuk mencukupi kehidupan mereka setiap harinya. Misalnya, ada yang mencari ikan, berjualan makanan dan minuman.

“Keberadaan hutan Mangrove di Desa Muara Kabupaten Tangerang ini sungguh sangat luar biasa. Manfaatnya bagi warga dan para nelayan yang didominasi oleh warga sekitar, mereka ada yang dagang warung serta ada para nelayan yakni, nelayan bagan, nelayan kerang hijau, nelayan bubu, nelayan jaring, nelayan rajungan dan lainnya di sana,” ujar Direktur Eksekutif Komunike Tangerang Utara, Budi Usman, Rabu (15/6/2022).

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten dan Pemerintah Pusat diminta terlibat dalam pembangunan infrastruktur. Baik sarana dan prasarana pendukung Eko wisata tersebut.

Selain itu, dukungan regulasi yang tepat tentunya dapat menjadi potensi pendapatan asli daerah. Hutan mangrove tersebut tak jauh dari lokasi pembangunan PIK 2, berdekatan dengan Pantai Utara Jakarta.

Sementara itu, Tamsin salah satu warga setempat yang berprofesi sebagai nelayan Bagan mengaku tempat wisata hutan mangrove tersebut dirasakan manfaatnya baik oleh dirinya maupun warga sekitar.

“Adanya wisata hutan mangrove ini pertama saya bisa usaha di sini, kedua saya bisa membiayai pesantren dan menyekolahkan anak saya, kalau ada yang menyatakan tempat ini kurang bagus itu terbalik,” ungkapnya.

**Baca juga: Pemkab Tangerang Tutup Rumah Singgah Covid-19 di Hotel Yasmin

Senada, Sopinah salah satu pedagang nasi dan ikan bakar bercerita sebelum menjadi tempat wisata, hutan mangrove ini adalah lahan yang terbengkalai, kumuh dan tidak terurus. Kendati seperti hutan rimba namun sekarang sudah jauh lebih bagus dari sebelummya.

“Tadinya mangrove ini masih bala dan rungseb, tadinya juga ke sini ngga bisa karena ngga ada jalan begitu ada mangrove banyak pengunjungnya sama H.Yatno di buatkan jalan dan Alhamdulillah sekarang mah sudah rada bagus,” kata Sopinah dengan logat pantura. (red)

Print Friendly, PDF & Email