1

Dikeroyok Hingga Kritis, Rustandi Batal Nikah

Rustandi, korban pengeroyokan di Kemiri. (tia)

Kabar6-Tragis cerita cinta Rustandi (23), rencana pernikahannya dengan sang kekasih, Hana terpaksa batal lantaran menjadi korban pengeroyokan di Jalan Yaspirat RT 06/06, Kampung Benyawakan Jaya, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang.

Rohiyat (50), ayah Rustandi mengatakan putera keduanya tersebut telah berencana melangsungkan pernikahan pada Senin (10/7/2017) mendatang.

“Ya, dari keluarga besar Hana mintanya akad nikah hari Senin. Makanya, saat kejadian itu Andi (panggilan akrab Rustandi) datang bersama Safroni ke rumah Hana untuk menanyakan lebih lanjut rencana pernikahan tersebut,” ucap Rohiyat saat ditemui kabar6.com di RSUD Kabupaten Tangerang, Kamis (6/7/2017).**Baca Juga: Sebelum Dikeroyok, Rustandi Diancam Akan Dibunuh

Beruntung, keluarga besarnya belum mempersiapkan pernak-pernik untuk acara pernikahan sang putera yang akan dilangsungkan empat hari lagi.

“Rencananya memang mau sederhana, hanya akad nikah saja di rumah Hana mengundang saudara. Tapi siapa yang menyangka, malah kejadian Andi dikeroyok orang seperti ini,” lanjutnya.**Baca Juga: Dua Pria Bersimbah Darah Ternyata Sufroni dan Rustadi

Kini, Rustandi yang telah melewati masa kritisnya telah dipindahkan ke kamar perawatan Mawar di RSUD Kabupaten Tangerang. Rustandi mendapatkan empat luka tusukan di punggung dan bacokan di wajahnya.

“Luka tusuk di punggung bagian atas dan bawah, tulang hidungnya patah pas semalam sampai tulangnya keluar gitu. Kalau buka mulut sedikit jahitan di wajahnya langsung berdarah. Alhamdulillah, sekitar jam 15.00 WIB sudah pindah ke ruang perawatan,” jelasnya.

Untuk diketahui, Rustandi dan Safroni (korban tewas) dikeroyok oleh empat pria tak dikenal pada Rabu (5/7/2017) sekitar pukul 21.00 WIB. Hingga kini, polisi masih melakukan penyelidikan kasus. (tia)




Sebelum Dikeroyok, Rustandi Diancam Akan Dibunuh

Rustandi, korban pengeroyokan. (tia)

Kabar6-Rustandi kekasih Hana mendapatkan pesan singkat bernada ancaman sebelum menjadi korban pengeroyokan bersama dengan rekannya Safroni di Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang.

“Ya, Andi (panggilan akrab Rustandi) memang anak yang tertutup. Saya baru tahu setelah kejadian pengeroyokan ini kalau Andi mendapat SMS ancaman dari mantam suami Hana, calon istrinya Andi beberapa hari lalu,” ujar ayah Rustandi, Rohiyat (50) kepada kabar6.com, Kamis (6/7/2017).

Dari pengakuan Rustandi, kata Rohiyat, dalam pesan singkat bernada ancaman tersebut pelaku yang diduga mantan suami Hana mengancam akan membunuh Rustandi jika tetap menikahi Hana.**Baca Juga: Dua Pria Bersimbah Darah Ternyata Sufroni dan Rustadi

“Ya, katanya ‘Kalau nekat nikahin mantan gue, gue bunuh lo’. Kurang lebih isinya begitu yang saya ingat,” imbuhnya

Meski demikian, Rustandi sama sekali tidak mengenali keempat pria yang mengeroyokinya lantaran lokasi pengeroyokan di pinggir sawah tersebut gelap.

Rohiyat bercerita, putra keduanya tersebut memang berniat menikahi Hana yang telah dipacarinya selama dua tahun terakhir. Belakangan, Rohiyat pun baru mengetahui bahwa Hana adalah seorang janda beranak satu.

“Dia anaknya pendiam, enggak pernah mau cerita sama keluarga katanya takut membebani keluarga. Saya hanya tahu Hana ini wanita baik, sempat beberapa kalau di bawa ke rumah. Saya enggak tahu akan berujung seperti ini,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Diketahui, Rustandi dan Safroni (korban tewas) dikeroyok oleh empat orang tak dikenal setelah berpamitan dari rumah Hana untuk merencanakan pernikahan.

Safroni pun tewas setelah mendapatkan luka tusuk di bagian depan sedangkan, Rustandi masih dirawat di RSU Tangerang setelah, mendapatkan luka tusuk dan mengalami keretakan bagian kepala. (tia)




Safroni dan Rustandi Dikeroyok 4 Orang di Kemiri

Korban pengeroyokan. (shy)

Kabar6-Sufroni (45) dan Rustadi (30) ditemukan bersimbah darah di area persawahan Desa Kelebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang setelah dikeroyok oleh orang tak dikenal (OTK).

 

Kapolresta Tangerang, AKBP M. Sabilul Alif mengatakan, kedua pria tersebut dikeroyok oleh 4 orang tak dikenal yang menggunakan sepeda motor.**Baca Juga: Ditemukan 2 Pria Bersimbah Darah di Kemiri

 

“Jadi, Sufroni ini pergi kerumah sang kekasih ditemani dengan rekannya Rustadi, untuk merencanakan pernikahan. Setelah merencanakan pernikahan, kedua korban ini pamit pulang dan dipertengahan jalan, kedua pria ini langsung di keroyok oleh empat orang pria yang menggunakan sepeda motor,” ungkapnya saat ditemui di Mapolresta Tangerang, Kamis (6/7/2017).

 

Sabilul mengatakan, sampai saat ini anggotanya masih melakukan penyelidikan terkait pengeroyokan yang dilakukan oleh para OTK tersebut.**Baca Juga: Dua Pria Bersimbah Darah Ternyata Sufroni dan Rustadi

 

“Masih diselidiki, untuk motif pun diduga asmara ataupun tidak, masih ditindak lanjut,” ujarnya.

 

Diketahui, Sufroni tewas dengan luka tusuk dibagian dada sedangkan, Rustadi dalam kondisi kritis dengan luka tusuk dibagian punggung. (Shy)




Kecelakaan Lalulintas di Bulan Ramadan 2017 Menurun

Lalulintas di Jalur Arteri, Jalan Raya Serang, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang.(shy)

Kabar6-Kejadian kecelakaan lalulintas selama Operasi Ramadaniyah 2017 yang digelar sejak H-7 hingga H+7 di wilayah hukum Polresta Tangerang mengalami menurunan.

Dari data yang dihimpun melalui Satlantas Polresta Tangerang, selama Bulan Ramadan 2017 sebanyak 13 kejadian laka lantas dengan 28 korban.

“Jumlahnya mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Untuk saat ini yang mengalami luka ringan sebanyak 13 jiwa, luka berat 14 orang dan yang meninggal dunia satu orang,” ungkap Kanit Laka Lantas, Iptu Kresna Ajie Pangestu, Kamis (5/7/2017).**Baca Juga: Begini Tanggapan Dindik Kabupateh Tangerang Soal Polemik PPDB

Kresna pun menjelaskan, kecelakaan lalulintas tersebut mayoritas terjadi bukan pada jalur mudik.

“Mayoritas laka lantas ini terjadi di kawasan Cisoka, bukan di jalur pemudik. Ada beberapa yang memang terjadi di jalur mudik namun, korbannya mengalami luka ringan saja,” ujarnya.

Sementara itu, untuk jumlah kejadian laka lantas selama bulan Ramadan sebanyak 27 dengan jumlah korban luka berat sebanyak 19, luka ringan sembilan dan korban meninggal dunia sebanyak sembilan jiwa. (Shy)




Begini Tanggapan Dindik Kabupateh Tangerang Soal Polemik PPDB

Kisruh PPDB di Tangsel. (yud)

Kabar6-Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang menanggapi adanya keluhan masyarakat terkait, permendikbud terkait penerimaan siswa baru yang memprioritaskan zona terdekat sekolah.

“Ya, keluhan masyarakat itu lantaran di Kabupaten Tangerang ini masih sedikit sekolah yang berstatus negeri padahal, minta para orang tua untuk menyekolahkan anaknya lebih pada sekolah negeri dibanding swasta,” ungkap Kepala Bidang Sekolah Menengah Pertama, Fahrudin, Kamis (6/7/2017).

Pihaknya, pun sampai saat ini belum menemukan solusi akan keluhan masyarakat tersebut.**Baca Juga: Pengamat Pendidikan: Sistem Zonasi Rugikan Ortu Murid

“Untuk solusinya kami juga belum bisa berikan kepada masyarakat. Mengingat, aturan itu sudah harus diikuti. Kalau tidak diikuti daerah maka kami akan kena sanksi seperti teguran dan pembebasan tugas. Namun, paling tidak pada Pemerintah Daerah terkait ada penambahan sekolah negeri di sejumlah kawasan yang masih kekurangan sekolah,” terangnya.

Untuk diketahui, aturan tersebut terdapat pada Pemendikbud No. 7 tahun 2017 tentang PPDB yang memprioritaskan zona terdekat sekolah dengan jumlah kuota terbanyak dibanding zona prestasi dan luar zonasi. (Shy)




Dua Pria Bersimbah Darah Ternyata Sufroni dan Rustadi

Kedua korban, satu tewas satu lagi kritis.(foto:ist)

Kabar6-Dua pria bersimbah darah yang ditemukan tergeletak di area persawahan Desa Kelebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang merupakan warga Kabupaten Tangerang.

Kedua pria tersebut bernama Sufroni (42) warga Desa Kedaung Barat, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang dan Rustadi (30) Desa Kedaung Baru, Kabupaten Tangerang.

“Identitasnya sudah kita temukan dan saat ini masih di RSU,” ujar Kapolsek Mauk, AKP Ponzi, Kamis (6/7/2017).**baca juga:Ditemukan 2 Pria Bersimbah Darah di Kemiri.

Diketahui, satu diantara korban yang meninggal dunia yakni, Sufroni dengan luka tusuk dan retak bagian kepala. Sedangkan, rekannya Rustadi saat ini dalam kondisi kritis dengan luka tusuk dibagian punggung. (Shy)

 

 

 

 

 




Pengamat Pendidikan: Sistem Zonasi Rugikan Ortu Murid

Pengamat Pendidikan, Eny Suhaeni.(foto:K6) 

Kabar6-Penerapan sistem zonasi sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 17/2017, Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), menuai kritik dari berbagai pihak.

Sistem zonasi ini dianggap sangat membingungkan, sekaligus merugikan orang tua murid maupun pihak sekolah, karena dalam pelaksanaannya lebih memprioritaskan zona wilayah terdekat sekolah dengan kuota cukup tinggi.

Sehingga, calon siswa yang berdomisili di zona kuning dan merah, dimana wilayahnya berada di perbatasan atau jauh dari lokasi sekolah terancam jadi tumbal, serta tipis kemungkinan untuk dapat menikmati pendidikan di sekolah negeri.

Pengamat Pendidikan, Eny Suhaeni mengatakan, pihaknya menilai Permendikbud yang diberlakukan pemerintah untuk PPDB ini, seperinya agak kurang dikaji secara matang.

Sedianya, mungkin penerapan regulasi itu bertujuan untuk menampung peserta didik yang berdekatan dengan lokasi sekolah, namun realisasinya di lapangan ditemukan banyak bertabrakan.

“Kalau kayak gini, orang tua murid dan pihak sekolah yang jadi tumbal. Oleh karenanya, kami minta Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar, agar segera menganulir regulasi itu dengan mengeluarkan Surat Keputusan (SK) dan membuat Surat Edaran ke sekolah- sekolah,” ungkap Mantan Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Tangerang ini, kepada Kabar6.com, Kamis (6/7/2017).

Dikemukakan Eny, banyak gedung sekolah yang notabenenya tiap kecamatan ada, namun belum sanggup menampung peserta didik sesuai dengan kriteria standar pendidikan.

Hal ini, bertolak belakang dengan regulasi yang diterapkan saat ini. Selain itu, sistem zonasi ini cenderung mengabaikan kompetisi baik antar sekolah maupun olpeserta didik.

“Artinya, tidak banyak lahir peserta didik dari zonasi yang bersangkutan yang memiliki daya saing dalam prestasi. Jika demikian, maka yang terjadi adalah sekolah hanya sekedar menampung seadanya saja, tidak lebih dari itu, adapun menyeleksi sesuai great nilai,” ujarnya.

Lebih lanjut Eny menegaskan, di setiap wilayah pasti berbeda karakter penduduknya, bisa jadi ada sekolah yang kekurangan murid karena jumlah usia peserta didik berkurang, dan sebaliknya ada zona yang kelebihan daya tampung.

Untuk itu, kata dia, Pemerintah Kabupaten Tangerang, agar segera mengambil langkah cepat dalam menangani masalah ini sebelum banyak korban yang menjadi tumbal dari regulasi tersebut.

“Enggak usah kaku, fleksibel saja. Saran saya,

yang bagus adalah kembali ke sistem lama dengan pola pembagian prosentase. Sistem yang digunakan saat ini hanya bohong belaka,” tandas Ketua Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) Kabupaten Tangerang ini.(Tim K6)




Ditemukan 2 Pria Bersimbah Darah di Kemiri

Kedua korban tanpa identitas yang tewas bersimbah darah.(foto:ist)

Kabar6-Dua pria tanpa identitas ditemukan bersimbah darah di area persawahan, Desa Kelebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, Kamis (6/7/2017).

Diketahui, satu dari dua pria dengan kisaran umur 30 tahun tersebut tewas dengan luka di bagian kepala.

Kasat Reskrim Polresta Tangerang, Kompol Gunarko membenarkan adanya hal tersebut.”Betul, sampai saat ini masih dalam penyelidikan di jajaran Polsek,” ujarnya.

Sementara itu, Kapolsek Mauk AKP Ponzi mengatakan, kedua korban pertama kali ditemukan oleh warga yang melintas di area persawahan tersebut.

“Pertama kali ditemukan oleh warga. Saat itu pula, warga beserta anggota langsung membawa korban ke RSU Tangerang,” ungkapnya.

Diduga, hal peristiwa ini dipicu akibat kisah cinta segitiga.

“Saat ini tim masih melakukan penyelidikan apa korban tewas akibat kecemburuan karena kisah cinta segitiga atau seperti apa,” ujar Ponzi.

Sejauh ini, pihak kepolisian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) serta, memeriksa saksi-saksi.

“Kita masih oleh TKP dan tunggu hasil dari RSU Tangerang. Kita pun tengah memeriksa lima saksi untuk penyelidikan lebih lanjut,” tutupnya. (Shy)

 

 




7 Kandidat Sekda Tes Kesehatan di RSUD Balaraja

Tes kesehatan calon Sekda Kabupaten Tangerang. (shy)

Kabar6-Tujuh kandidat calon Sekertaris Daerah (Sekda) Kabupaten Tangerang melakukan tes kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Balaraja, Kecamatan Balaraja, Kamis (6/7/2017).

Selain tes urine, para kandidat turut melakukan pengecekan kesehatan seperti, pemeriksaan organ dalam, pengecekan mata, Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT), saraf, penyakit dalam dan tes urine.

Sekertaris Pansel (Panitia Seleksi), Surya Wijaya mengatakan, hasil dari pengecekan para kandidat sekda akan diberikan pada pihak pansel setelah satu minggu pelaksanaan.**Baca Juga: Pascalebaran, Tercatat 458 Pendatang di Kota Tangerang

“Tidak langsung hari ini diberikan, kita tunggu waktu seminggu dulu. Nantinya setelah tes ini, para kandidat akan melakukan tes kejiwaan,” ungkapnya.

Diketahui, pelaksanaan tes dilakukan mulai pukul 08.00 WIB dan hanya dilaksanakan pada satu hari.

“Hari ini langsung selesai tes,” ujarnya.

Berikut daftat kandidat calon Sekda Kabupaten Tangerang :

Kepala Bapenda Kabupaten Tangerang, Rudy Maesal
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi, Soma Atmaja
Asda I Pemkab Tangerang, Hery Heriyanto
Kepala Dinas Sosial, Arsyad Husein
Kepala Disporabudpar, Ahmad Taufik
Kepala Dinas Bina Marga dan SDA (Sumber Daya Air), Slamet Budhi
Sekertaris DPRD Kabupaten Tangerang, Firzada Mahali. (Shy)




Sistem Zona PPDB di Tangerang Bikin Orangtua Galau

Kisruh PPDB. (yud)

Kabar6-Calon siswa berdomisili di zona kuning dan merah terancam tak bisa menikmati manisnya pendidikan di sekolah negeri.

Hal ini, menyusul diterapkannya sebuah regulasi yang mengatur tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan sistem zonasi, dimana sistem tersebut memprioritaskan wilayah terdekat sekolah.

Ade Dahyani, salah seorang wali murid yang berdomisili di Desa Bitung Jaya, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang mengatakan, pihaknya mengaku ‘galau’ dengan munculnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 17/2017, Tentang PPDB, yang memprioritaskan zona terdekat sekolah dengan jumlah kuota terbanyak dibanding zona prestasi dan luar zonasi.

Kegalauan Ade makin menjadi ketika mengetahui informasi bahwa buah hatinya bernama Muhammad Naufal Shidqi Akbar, calon siswa baru asal Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 34 Cikupa yang kini tengah mendaftarkan diri di SMPN 1 Curug Kabupaten Tangerang ini, berada di zona merah atau luar zonasi.**Baca Juga: PPDB Kisruh, SMPN 11 Tangsel Didemo

“Saya galau, kasihan anak saya terancam tak bisa masuk ke SMPN 1 Curug, karena domisili dan Kartu Keluarga (KK) saya ada di Desa Bitung Jaya, dimana wilayah ini masuk ke dalam zona merah,” ungkap Ade, kepada Kabar6.com, Kamis (6/7/2017).

Tapi, kata Ade, dirinya tetap optimis dan menaruh harapan tinggi agar putranya bisa masuk ke sekolah favorit yang mempunyai prestasi rujukan nasional tersebut.

Pasalnya, tempat ia tinggal saat ini berada di wilayah perbatasan antara Curug dan Cikupa.

“Ke Curug zona merah, ke Cikupa juga begitu. Sebab, saya domisili saya ada di perbatasan antara dua wilayah itu. Tapi, saya tetap berharap, namanya usaha tentu ada harapan, karena kan ada peluang jika zone hijau dan kuning blm terpenuhi,” katanya.

Ditambahkannya, sistem ini bukan hanya mengorbankan masyarakat, tapi pihak sekolah juga merasakan hal serupa.

Sistem ini bagus diterapkan, bilamana sarana dan prasarana, serta pengelola pendidikannya sudah tidak ada lagi perbedannya antar satu sekolah dengan sekolah lainnya

“Kalau bisa Pemerintah Daerah mengambil kebijakan yang sedikit ekstrim, demi menyelamatkan warganya. Bila perlu ubah persentasenya dengan menambah kuota untuk zona prestasi, kuning dan merah. Jika tetap ngotot menerapkan sistem itu, maka pemerintah harus bangun sekolah tingkat SMP di masing- masing desa,” ujarnya.(Tim K6)