Mengapa Wanita Sangat Bahagia Ketika Dipanggil “Sayang”?

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Sering kali Anda disapa, atau bahkan menyapa seseorang dengan sebutan ‘Sayang’, misalnya seperti “Apa kabar, Sayang?”. Selain terdengar menyenangkan, sebutan ‘Sayang’ terasa hangat di telinga.

Menurut peneliti, dikutip dari female.kompas.com, panggilan ‘Sayang’ memiliki efek positif signifikan di otak wanita.

Panggilan mesra tersebut efektif dalam melepas hormon oksitosin di tubuh wanita yang menghasilkan perasaan bahagia dan hangat.

Wanita yang sering dipanggil ‘Sayang’, ditemukan jarang mengalami stres dan lebih ikhlas dalam menghadapi segala tantangan hidup.

Karena itulah panggilan ‘Sayang’ dianggap sebagai kata positif yang memberikan dampak baik pada wanita.

Menurut paparan di Psychology Today, panggilan ‘Sayang’ pada wanita menciptakan perasaan aman dan nyaman. Mereka pun jadi lebih percaya diri dalam beraktivitas.

“Sensasi sensual di balik panggilan ‘Sayang’ menciptakan dopamine yang membuat kecanduang mendengar panggilan tersebut. Lalu, efek neurochemicals seperti oksitosin dan vasotosin, hormon cinta, membantu pasangan untuk membangun hubungan yang penuh cinta, kasih, dan loyalitas,” jelas laporan Psychology Today.

Kata-kata positif dan negatif, berdasarkan Tech Knowledge, memiliki efek terhadap energi tubuh, termasuk semangat dan motivasi. 

Orang yang sering mendengar kata ‘Tidak’ cenderung lebih mudah stres, ketimbang mereka yang mendengar kata ‘Ya’ dan ‘Sayang’.

Sebuah laporan yang dipublikasikan oleh Harvard Law School mempelajari efek dari kata positif dan negatif. Menurut studi, gambar-gambar indah yang disertakan kata negatif, akan memberikan pengaruh buruk pada pilihan orang yang melihatnya.

Oleh karena itu, banyak karyawan profesional yang sangat berhati-hati dalam pemilihan kata untuk materi presentasi.

Mereka menghindari menggunakan kata negatif, dan menggantinya dengan kata penolakan yang lebih diplomatis. ** Baca juga: Kesepian Dapat Sebabkan Kekebalan Tubuh Melemah

Sudahkah Anda memanggil orang-orang terdekat dengan sebutan ‘Sayang’? (ilj/bbs)




Kesepian Dapat Sebabkan Kekebalan Tubuh Melemah

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Tidak hanya mempengaruhi mental, kesepian juga membuat kondisi fisik tidak sehat. Orang-orang yang merasa kesepian, dijelaskan dalam sebuah studi, memiliki sistem kekebalan tubuh lebih rendah, sehingga mereka rentan mengalami komplikasi penyakit.

Dibandingkan orang yang punya ikatan sosial lebih baik, seperti dikutip dari health.kompas.com, orang yang kesepian memproduksi protein terkait inflamasi lebih banyak.

Mereka juga menunjukkan tanda reaktivitas virus herpes. Inflamasi kronik sudah lama diketahui memicu komplikasi kesehatan seperti penyakti jantung, diabetes tipe dua, artritis, dan sebagainya.

Studi yang dimuat dalam jurnal Archives of Internal Medicine menjelaskan bahwa kadar kesepian seseorang mungkin bisa memprediksi risiko komplikasi kesehatan di masa datang.

Stres sendiri diketahui akan memicu reaktivitasi virus herpes laten. Respon yang dihadapi orang yang kesepian ternyata tak jauh berbeda.

“Orang yang kesepian sebenarnya merasa mereka berada dalam hubungan yang kualitasnya buruk,” kata Lisa Jaremka, dari Institute for Behavioral Medicine Research.

Penelitian melibatkan 200 penyintas kanker payudara yang berusia sekitar 51 tahun. Para partisipan sudah mengikuti terapi kanker payudara antara dua bulan sampai tiga tahun.

Contoh darah mereka diambil dan dianalisa untuk melihat antibodi pelawan jenis virus herpes yang banyak diderita orang Amerika.

Virus tersebut tidak menyebabkan penyakit pada separuh orang yang terinfeksi. Di tubuh, virus ini akan tidur dalam waktu lama dan hanya aktif pada kondisi tertentu. Meski tidak terlalu berbahaya, reaktivitasi virus ini menunjukkan ada sesuatu yang salah dalam tubuh.

Hasil studi menunjukkan orang yang kesepian memiliki level antibodi pelawan virus herpes itu, demikian juga dengan level kecemasan, stres, dan depresi mereka. Dalam riset ini level kesepian diukur menggunakan skala yang sudah diakui. ** Baca juga: Warna Urine Tunjukkan Kondisi Tubuh

Pengujian lain pada kelompok yang sama menunjukkan orang yang kesepian punya level protein yang terkait dengan inflamasi lebih tinggi.(ilj/bbs)




Warna Urine Tunjukkan Kondisi Tubuh

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Beberapa penelitian, dikutip dari tabloidbintang.com, menunjukkan bahwa warna urine juga bisa menunjukkan kondisi kesehatan tubuh kita.

Hal ini menjadi sinyal agar kita membiasakan diri untuk mengontrol warna urine ketika buang air kecil. Dilansir dari Mirorr.co.uk, berikut warna urine dan artinya:

1. Transparan
Urine berwarna transparan menandakan bahwa kesehatan kita sedang baik. Perlu diperhatikan, meskipun memiliki tubuh yang terhidrasi dengan sangat baik, juga bisa menandakan bahwa kita kelebihan hidrasi atau bahkan bisa menjadi tanda diabetes.

Jika menunjukkan gejala diabetes, seperti peningkatan rasa haus dan sering buang air kecil, segeralah berkonsultasi dengan dokter.

2. Kuning pucat
Tubuh yang sehat menghasilkan urine yang tidak terlalu gelap, yang menandakan bahwa Anda terhidrasi dengan baik.

3. Kuning cerah
Warna ini cukup baik. Urine kita terlalu banyak mengandung vitamin B, Riboflavin (B2) secara alami terkena sinar UV, sehingga membuat proses buang air kecil tampak sedikit memiliki warna yang mengkhawatirkan.

4. Kuning gelap
Ini merupakan tanda bahwa kita tidak minum cukup air, dan pada akhirnya membuatnya menjadi lebih gelap. Perbanyaklah minum air putih setiap hari, agar tubuh terutama ginjal menjadi sehat.

5. Cokelat
Menandakan adanya darah dalam urine atau berpotensi memiliki gangguan hati atau ginjal. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa kita sudah lembur otot, hingga yang melepaskan zat yang disebut myoglobin berubah menjadi cokelat urin.
Infeksi saluran kemih dan gangguan hati, seperti sirosis, penyebab lainnya.

6. Hijau
Warna ini timbul karena efek dari pewarna makanan baik yang alami maupun tidak masuk ke dalam tubuh. Jadi tidak perlu terlalu khawatir. Jika mengkonsumsi makanan yang mengandung pewarna lain, maka warna urine juga mengikuti warna makanan yang kita makan tadinya.

7. Biru
Urine biru sebagian besar disebabkan oleh makanan atau obat yang telah dikonsumsi. Triamterene, Rinsapin dan Viagra merupakan penyebab urine kita memiliki semburat biru bersama dengan pil lain yang menggunakan pewarna biru.

8. Oranye
Dehidrasi dapat menyebabkan warna urine gelap, yang terkadang dapat muncul oranye. Penyakit kuning juga bisa menjadi faktor di sini.

Jika perubahan dalam warna makanan terkait, maka hanya berlangsung satu atau dua hari. Jika berlangsung lebih dari beberapa hari, segera konsultasi ke dokter. ** Baca juga: Delapan Pelukan Dalam Sehari Bikin Anda Bahagia

Yuk cek urine sehabis berkemih.(ilj/bbs)




Delapan Pelukan Dalam Sehari Bikin Anda Bahagia

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Tidak hanya merupakan ungkapan sayang atau kangen, berpelukan dengan orang-orang yang kita sayangi ternyata memberikan banyak manfaat bagi kesehatan jasmani maupun rohani.

Pelukan adalah sebuah terapi ampuh untuk menyembuhkan aneka penyakit. Memeluk dan juga tertawa, dilansir dari Mindbodygreen, sangat efektif menyembuhkan depresi, kecemasan, dan salah satu tips menghilangkan stress serta beberapa penyakit yang erat kaitannya dengan stres.

Para ahli jiwa, dikutip dari doktersehat.com, merekomendasikan setidaknya delapan pelukan sehari untuk lebih bahagia dan menikmati hubungan yang lebih baik.

Sedangkan terapis keluarga, Virginia Satir, menyatakan bahwa kita membutuhkan empat pelukan untuk bertahan hidup, delapan pelukan untuk kesehatan dan 12 pelukan untuk pertumbuhan.

Sebuah penelitian menyatakan bahwa tindakan sederhana seperti memeluk dapat meningkatkan jumlah hormon oksitosin dalam tubuh. Hormon oksitosin merupakan hormon yang dapat meningkatkan kepercayaan dan keyakinan diri, mengurangi rasa takut, serta meningkatkan kasih sayang dan ketenangan.

Hormon oksitosin ini juga dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan kekebalan tubuh, melawan infeksi dan kelelahan, serta mengurangi stres dan depresi.

Pelukan pada anak dapat meningkatkan kecerdasan otak. Hasil penelitian ini menjadi alasan mengapa tindakan sederhana seperti memeluk tidak hanya memperkuat ikatan dengan orang lain, tetapi juga memperkuat fisik, emosi dan kesehatan.

Salah satu hal unik dari berpelukan adalah orang yang memeluk dan yang dipeluk sama-sama merasakan manfaat yang sama. Agar pelukan kita memiliki dampak lebih baik, singkirkan hal-hal yang dapat mengganggu pikiran seperti urusan pekerjaan, urusan rumah dan lain-lain.

Memberikan pelukan dengan kepala penuh berbagai pikiran dapat mengurangi energi positif dan kehangatan yang akan kita berikan. Bebaskan tangan kita dari benda-benda yang ada di tangan seperti telepon genggam, tas, kunci atau barang lainnya sehingga lebih leluasa untuk memeluk.

Lakukan pelukan minimal tiga detik untuk merasakan dampaknya pada tubuh. ** Baca juga: Menjadi Perfeksionis Tidak Selamanya Menguntungkan

Selamat berpelukan dengan orang-orang yang Anda sayangi.(ilj/bbs)




Menjadi Perfeksionis Tidak Selamanya Menguntungkan

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Perfeksionisme adalah keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna untuk mencapai kondisi terbaik pada aspek fisik ataupun non-materi. Perfeksionis merupakan sebutan untuk orang yang memiliki pandangan perfeksionisme.

Pada bentuknya sebagai penyakit, perfeksionisme dapat menyebabkan seseorang memiliki perhatian berlebih terhadap detail suatu hal dan bersifat obsesif-kompulsif, sensitif terhadap kritik, cemas berkepanjangan, keras kepala, berpikir sempit, dan suka menunda.

Orang yang potensial, namun perfeksionis akan terhambat kemampuannya. Hasrat menciptakan produk atau sesuatu yang terbaik adalah hal yang perlu, namun seorang perfeksionis akan menemukan banyak rintangan yang sama sekali tidak perlu.

Apa saja efek negatif perfeksionis? Berikut uraiannya, dikutip dari aura.co.id:

1. Depresi
Kebutuhan perfeksionis untuk memenuhi standar tinggi dapat menyebabkan depresi dan kecemasan, jika hasilnya tidak memenuhi harapannya.

2. Penyebab stres
Sebuah studi di Swiss menunjukkan bahwa perfeksionisme berkorelasi dengan kortisol yang meningkat lebih besar. Kortisol adalah hormon yang dilepaskan dalam respon terhadap stres, memungkinkan kita untuk mengaktifkan mekanisme ini dalam kasus yang mengancam jiwa.

Stres konstan dalam kehidupan kita sehari-hari dapat meningkatkan kadar kortisol dan memiliki efek merugikan pada kesehatan kita, termasuk sistem kekebalan tubuh yang lemah, berat badan, gula darah tinggi, risiko penyakit kardiovaskular, dan efek negatif pada memori.

3. Agresi
Penelitian yang sama pada perfeksionisme dan depresi menemukan bahwa ketidakpuasan perfeksionis terhadap tujuan yang belum terpenuhi sering diarahkan orang lain. Rasa  ketidakpuasan ini dapat berubah menjadi kemarahan dan bahkan agresi fisik.

4. Menyakiti diri
Perfeksionis dapat menjadi agresif kepada orang lain, bahkan bisa menyakiti diri akibat mengalami kegagalan ini. Menyakiti diri adalah mekanisme yang digunakan untuk mengatur emosi negatif dari sikap perfeksionis ini.

5. Rendahnya kualitas hidup
Depresi, agresi, menyakiti diri dan miskin keterampilan hanya akan menurunkan kualitas hidup keseluruhan. ** Baca juga: Hah, Media Sosial Sebabkan 1 dari 5 Orang Alami Depresi

“Perfeksionisme hanya akan mengarah ke tingkat kecemasan tinggi, rendah diri, rasa percaya diri yang rendah dan rating yang rendah secara keseluruhan dalam kualitas hidup. Orang-orang akan terjebak untuk menjadi sempurna, mereka justru kehilangan gambaran yang lebih besar akan berkat-berkat dalam hidup mereka. Karena, kita semua tahu, kesempurnaan adalah mustahil untuk dicapai,” ujar terapis Dr. Alisa Hoffman, seperti dilansir laman Huffingtonpost.

Mengerjakan sesuatu dengan sempurna adalah impian setiap orang. Namun Anda pun jangan terlalu “keras” dengan diri sendiri, dan berusahalah semampunya.(ilj/bbs)




Hah, Media Sosial Sebabkan 1 dari 5 Orang Alami Depresi

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Eksis di media sosial sepertinya sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Bersosialisasi di dunia maya bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi jaringan pertemanan semakin luas, tapi di sisi lain memiliki efek negatif.

Menurut hasil survei terbaru di Inggris, dikutip dari wolipop.detik.com, sedikitnya satu dari lima orang mengaku bahwa menggunakan media sosial membuat mereka depresi.

Survei menemukan 6,9 juta orang dewasa di Inggris kerap membanding-bandingkan kehidupan nyata mereka dengan hidup teman-temannya yang diposting melalui media sosial.

Sebanyak lebih dari 50 persen responden juga merasakan tekanan untuk menggunakan media sosial. Sebesar 56 persen orang mengatakan merasa harus memposting dan menyebarkan konten-konten menarik agar selalu diperhatikan pengguna akun lainnya.

Dalam surveinya, Privilege Home Insurance mengungkapkan bahwa setidaknya 18 persen pengguna akun media sosial hanya akan memposting foto jika mereka terlihat menarik di dalamnya.

Sementara tujuh persen orang hanya akan mengunggah fotonya setelah diedit atau memakai filter.

Sebanyak 10 persen pengguna akun merasa malu jika postingan foto atau status mereka tidak mendapatkan “like”, tidak jadi favorit, tidak di-retweet atau tanpa komentar.

Kemudian delapan persen responden akan menghapus postingan mereka jika tidak ada respon atau interaksi dari pengguna akun lainnya.

Responden usia 18-34 tahun tercatat sebagai kategori yang paling rentan mengalami depresi akibat pengaruh sosial media.

Dalam kelompok usia ini, sebanyak 23 persen diketahui pernah berargumen dengan pengguna akun media sosial lainnya. Lantas 17 persen orang menyesali komentar yang telah ditulisnya di akun seseorang.

Survei juga menemukan ada 36 persen responden yang merasa punya keharusan untuk memberi “like” pada postingan teman mereka. Aktivitas lain yang menurut mereka penting juga dilakukan adalah mengucapkan “Selamat Ulang Tahun” di media sosial, meskipun ucapan itu sudah diberikan secara langsung.

“Social media membawa lingkup pertemanan modern saat ini jadi bias. Dibandingkan menghabiskan waktu berkualitas bersama-sama, orang terlihat lebih peduli dengan popularitas mereka di dunia maya dan mengecek hal-hal yang dangkal seperti ‘like’,” ujar Dan Simon, kepala Privilege Home Insurance, seperti dikutip dari Daily Mail.

Diingatkan Dan, untuk berhati-hati memposting apa pun di media sosial, karena segala hal yang dimuat di situ akan terlihat di berbagai media, termasuk Google.

“Jadi orang harus cerdas memposting yang mereka mau di situ. Seketika Anda meng-klik tombol ‘post’, Anda tidak lagi punya hak penuh atas konten Anda sendiri,” tegasnya. ** Baca juga: Hentikan Kebiasaan Memukul Anak

Bijaksana menggunakan media sosial, karena apa pun yang Anda posting di sana mencerminkan kepribadian Anda. Setuju? (ilj/bbs)




Hentikan Kebiasaan Memukul Anak

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Seringkali karena terbakar emosi, orangtua memukul anaknya di beberapa bagian tubuh. Padahal diketahui, penelitian yang dilakukan dua universitas di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa semakin sering anak dipukul, akan semakin besar kemungkinan mereka menentang orangtua.

Memukul anak juga dijelaskan akan meningkatkan risiko perilaku anti-sosial, agresif, masalah kesehatan mental, dan kesulitan kognitif.

University of Texas dan University of Michigan, dikutip dari m.tempo.co, melakukan analisis ini selama 50 tahun, yang melibatkan 160 ribu anak.

“Kami menemukan bahwa memukul justru menimbulkan hasil yang merugikan dan tak diinginkan. Ini bahkan tak berhubungan dengan kepatuhan jangka panjang atau yang diinginkan orangtua ketika memukul dan bermaksud mendisiplinkan anak-anak mereka,” kata Elizabeth Gershoff, profesor perkembangan dan keluarga ilmu manusia di University of Texas.

Dijelaskan Andrew Grogan-Kaylor, seorang peneliti, hasil dari penelitian ini adalah pukulan menghasilkan kebalikan dari apa yang biasanya orangtua ingin lakukan.

Orang dewasa yang pernah dipukul saat kanak-kanak, memiliki pengaruh efek jangka panjang. Semakin sering mereka dipukul, semakin besar kemungkinan mereka menunjukkan perilaku anti-sosial dan mengalami masalah kesehatan mental.

Mereka juga lebih mungkin mendukung hukuman fisik untuk anak-anak mereka. Ini adalah salah satu cara utama mewariskan hukuman fisik dari generasi ke generasi.

Menurut laporan UNICEF pada 2014, 80 persen orang tua di seluruh dunia memukul anak-anak mereka. ** Baca juga: Hindari Duduk Dengan Posisi Dompet Tebal di Saku Belakang

Jika mengakibatkan efek tidak baik pada masa mendatang, hindari bahkan hentikan memukul anak. Lebih baik memberi pengertian kepada mereka dengan penuh kasih sayang tentang hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan.(ilj/bbs)




Hindari Duduk Dengan Posisi Dompet Tebal di Saku Belakang

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Nyaris sebagian besar pria lebih senang menyimpan dompet di saku belakang celana. Selain praktis, pria umumnya enggan membawa tas untuk tempat dompet, seperti yang sering dilakukan wanita.

Namun, tahukah Anda jika menyimpan dompet terlalu tebal di saku belakang celana ternyata bisa memicu beragam masalah serius?

Dr Arnie Angrist, seorang chiropractor (ahli spesialis tulang) yang membuka praktik di New York, AS, dikutip dari dream.co.id, memberikan peringatan keras.

Arnie menyebut dompet tebal di saku belakang bisa memicu masalah pada tulang belakang, pinggul, leher, panggul, bahkan berpotensi memicu beragam masalah di bagian pantat.

Saat seseorang duduk dengan dompet tebal di saku belakang, dikatakan Arnie, posisi tubuhnya menjadi asimetris dan tak seimbang. Inilah yang bisa mengganggu panggul dan pinggul.

Memiliki satu pinggul duduk lebih tinggi dari yang lain menyebabkan punggung dan leher harus mengimbangi ketidakseimbangn tubuh itu. Pada gilirannya bisa memicu masalah di daerah-daerah tersebut .

Peringatan serupa juga pernah dikatakan Dr Chrsi Good , profesor dari University of Bridgeport College of Chiropratic. ** Baca juga: Nah! Gosip Ternyata Punya Efek Positif Lho

Dijelaskan, bagaimana posisi duduk di atas dompet tebal bisa menyebabkan tulang belakang terpelintir. Atau bagi tubuh harus menanggung posisi yang miring.

Dalam beberapa tahun ke depan, kondisi ini bisa membuat masalah serius sendi tulang belakang dan otot yang akhirnya menyebabkan masalah sakit serius.

Lebih jauh dijelaskan Dr Good, dompet di saku belakang celana bisa memicu iritasi di sejumlah bagian penting bokong, termasuk kerusakan saraf, otot, hingga pembuluh vena.(ilj/bbs)




Nah! Gosip Ternyata Punya Efek Positif Lho

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Gosip atau desas-desus (Inggris: rumors) adalah selenting berita yang tersebar luas dan sekaligus menjadi rahasia umum di publik, tetapi kebenarannya diragukan atau merupakan berita negatif.

Seringkali gosip dijadikan penyebab hancurkan hubungan seseorang atau hal-hal yang merugikan seseorang. Namun jangan salah, bergosip ternyata juga memiliki efek positif lho.

Tidak percaya? Ini uraiannya, dikutip dari joyindonesia.com:

1. Mempererat pertemanan
Jika kaum pria makin akrab dengan obrolan seputar otomotif dan olahraga, gosip jadi ajang para wanita mengakrabkan diri. Kaum hawa memang kerap memilah-milah hal yang dapat diceritakan kepada teman. Tingkat keakraban menjadi ukuran sejauh mana gosip yang dapat dibagi.

2. Lebih bersyukur
Diakui atau tidak, kisah sedih dari pesohor dunia bisa jadi membantu Anda yang sedang patah hati merasa lebih baik. Atau Anda akan lebih bersyukur karena tidak mengalami kejadian seperti mereka.

3. Proteksi dari kecurangan
Gosip tidak melulu berpotensi menghancurkan kehidupan orang lain. Ada kalanya bergunjing diperlukan untuk mendeteksi keganjilan yang terjadi di lingkungan sekitar.

Dalam pekerjaan misalnya, gosip mempersiapkan Anda untuk memproteksi diri dari karakter rekan kerja yang terkenal suka berbuat curang.

4. Memicu semangat
Dalam kegiatan olahraga beregu yang sarat akan hasrat untuk berkompetisi, kabar mengenai salah satu rekan yang malas berlatih malah bisa jadi penyemangat.

Tentunya semua orang berusaha untuk bisa jadi yang terbaik. Jadi, pada saat yang lain sedang lengah, peluang Anda terbuka untuk tampil lebih bersinar.

5. Rambu sosial
Mendengar kabar tak sedap dari orang lain yang diceritakan secara intens akan membuat Anda semakin mawas diri, dan tidak ingin menjadi sama seperti subjek gosip.

Bergosip juga bantu Anda menilai situasi sekitar, sehingga dapat membedakan siapa kawan serta lawan.

6. Alat menangkan persaingan cinta
Tidak seperti kaum pria yang manfaatkan gosip untuk mengorek kejelasan status hubungan wanita incaran, kaum hawa lebih sering memakainya untuk berkompetisi dalam hal cinta.

Simbol status seperti pekerjaan dan kekayaan sang pujaan hati merupakan hal yang sering dijadikan bahan pergunjingan.

7. Menghangatkan hubungan
Sama halnya dengan bergunjing bersama sahabat wanita, bergosip dengan pasangan bikin hubungan Anda dan si dia semakin erat. Hal tersebut merangsang saraf otak yang membuat Anda berdua lebih memahami satu sama lain. Rasa saling memiliki pun semakin terbangun. ** Baca juga: Weew…Perilaku Pura-pura Kaya Ternyata Ada Manfaatnya

Tapi, jangan terlalu sering bergosip juga ya, bisa-bisa Anda akan dijauhi teman.(ilj/bbs)




Weew…Perilaku Pura-pura Kaya Ternyata Ada Manfaatnya

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Mungkin Anda memiliki teman atau kerabat yang sering memamerkan barang mewah atau berwisata ke tempat-tempat “wah”, padahal mereka bukan berasal dari keluarga berada?

Perilaku pura-pura kaya ini memang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Namun siapa sangka jika perilaku demikian ternyata memiliki manfaat positif.

Konsultan Image, Marian Rothschild, yang juga merupakan penulis buku Look Good Now And Always, dikutip dari ragam.analisadaily.com, mengatakan bahwa perubahan gaya hidup terbukti menjadi investasi jangka panjang untuk membangun brand personal.

Hal ini senada dengan studi yang dilakukan Korea Yonsei University, di mana banyak pegawai yang memakai pakaian mahal digaji lebih tinggi dibanding mereka yang berpakaian biasa saja di Korea Selatan.

Carol Megehee, profesor pemasaran dari Coastal Carolina University di Amerika, mengatakan bahwa apa yang Anda kenakan memang memiliki efek besar bagi target audiens, namun tidak selalu positif.

“Tentu saja menaikkan gaya hidup adalah investasi bijak yang pada akhirnya bisa membawa Anda pada perjalanan ego yang tidak sehat. Jujurlah pada diri Anda sendiri dengan tidak berlebihan tanpa mengurangi investasi profesional adalah kunci untuk terhindar dari jebakan ini,” ujarnya seperti yang dilansir BBC.

Dikatakan Rothschild, jika Anda ingin dilihat sebagai orang yang bisa dipercaya, berwawasan luas, dan kompeten, maka memang baiknya untuk menyeimbangkan setiap elemen dalam gaya hidup Anda.

“Anda menghabiskan banyak uang untuk menyewa mobil mewah, rumah mewah, pakaian mewah dan makan di tempat-tempat mewah? Ya, mungkin itu sudah berlebihan,” ungkapnya. ** Baca juga: Mengapa Kita Otomatis Menutup Mata Saat Berciuman?

Bagaimana dengan gaya hidup Anda saat ini?(ilj/bbs)