Mengapa Saat Tidur Anda Merasa Seperti Terjatuh?

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Tidur adalah salah satu kebutuhan utama untuk meregenerasi sel-sel tubuh, sekaligus mengembalikan energi. Saat bangun tidur, tubuh pun akan terasa segar dan bugar kembali.

Nah, pernahkah saat tidur, tiba-tiba Anda merasa seperti terjatuh? Mengapa hal ini bisa terjadi?

Sensasi seperti terjatuh, dilemparkan, hingga terhempas dari kekosongan ini, dilansir dari Brightside, ternyata merupakan siklus dalam proses tidur. Dan saat akan tidur Anda memasuki empat tahap.

Sensasi seperti terjatuh merupakan tahap awal yang dalam dunia medis disebut NREM. Hal ini terjadi secara alami ketika otot tubuh mulai rileks saat akan tertidur, dan tiba-tiba otak Anda merespon seperti berjaga bertindak seakan Anda akan jatuh.

Hal ini seketika membuat otot pada tubuh menjadi tegang, sehingga Anda kaget dan terbangun karena seolah-olah akan terjatuh.

Ilmuwan lainnya, dikutip dari u.msn.com, juga mempercayai bahwa gerakan refleks manusia berkembang selama proses evolusi seperti pengalaman seseorang ketika tidur di atas pohon dan akan terjatuh sehingga secara refleks tubuh otot berjaga-jaga.

Tak hanya itu, sebagian orang juga pernah merasakan sensasi seperti kesetrum ringan ketika bangun tidur. Sensasi ini biasanya dirasakan oleh mereka yang merasa sangat lelah dan tegang dalam melewati rutinitasnya, memiliki kebiasaan tidur yang tidak teratur hingga sering merasa cemas.

Tetapi dalam banyak kasus, itu tidak memiliki efek samping berbahaya bagi kesehatan, dan bukan penyakit atau kondisi medis. ** Baca juga: Lima Hal di Rumah yang Ganggu Fokus Kerja

So, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Cobalah menarik napas dalam-dalam, bersikap santai, dan kembali tidur.(ilj/bbs)




Lima Hal di Rumah yang Ganggu Fokus Kerja

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Membawa pekerjaan kantor ke rumah, atau memang Anda bisa bekerja dari rumah, sudah umum dilakukan sebagian karyawan, khususnya di kota-kota besar. Namun, rumah tidak selamanya menjadi tempat paling nyaman untuk dijadikan sebagai kantor. Hal ini karena ada beberapa hal di sekitar rumah yang dapat mengganggu fokus kerja.

Apa sajakah itu? Dikutip dari womenshealth.co.id, ini dia uraiannya:

1. Piyama
Mengenakan piyama secara tidak langsung mengirimkan sinyal ke otak bahwa ini saatnya untuk tidur, bukan bekerja. Sebuah studi menemukan asosiasi antara mengenakan pakaian dengan kualitas performa kerja.

Solusinya, coba kenakan pakaian yang bisa membuat Anda merasa “siap beraksi dan keren”, baik itu sebuah blazer atau bahkan bra cantik di balik pakaian luar.

2. Tugas
Erin Rooney Doland, pemimpin redaksi Unclutter.com, membagi antara waktu bekerja dan bersantai.

“Menyuci baju sangat menggoda saat Anda harus mengerjakan tugas,” ucapnya. “Namun dengan mengingat Anda sudah menyisihkan waktu untuk mencuci di penghujung hari, maka Anda tidak akan merasa tertekan,” katanya.

3. Wilayah kerja
Bagi beberapa orang, mengatur pemandangan di luar jendela bisa meningkatkan energi dan memberi inspirasi. Namun bagi orang lain hal ini bisa jadi mengganggu.

Cobalah jujur tentang seberapa produktif Anda pada suatu lokasi tertentu. Jika tidak bisa berkonsentrasi di suatu tempat, maka ini waktunya untuk mengubah posisi meja Anda.

4. Keluarga & tetangga
Biarkan lingkungan tahu walaupun Anda secara fisik di rumah, tetapi Anda sedang tidak bisa diajak bergosip. Abaikan pesan singkat dan panggilan telepon yang sifatnya pribadi saat Anda sedang bekerja, atau balas dengan pesan singkat bahwa Anda akan merespons saat pekerjaan telah selesai.

5. Layar kecil
Survei terhadap lebih dari 1.000 pekerja kantoran di Amerika Serikat, yang dilakukan dalam sebuah penelitian menemukan bahwa 43 persen pekerja mengerjakan pekerjaan di rumah sambil menonton televisi.

Ketimbang menonton televisi sembari bekerja, lebih baik Anda mendengarkan radio karena radio bisa menghibur tanpa harus menatap layar. ** Baca juga: Konsumsi Gula Berlebihan Picu Sugar Face

Selain kelima hal di atas, apa saja yang mengganggu fokus kerja Anda di rumah?(ilj/bbs)




Konsumsi Gula Berlebihan Picu Sugar Face

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Dalam keseharian, bisa jadi Anda tidak sadar jika telah banyak mengonsumsi gula. Diketahui, keiasaan itu dipercaya bisa memicu berbagai macam penyakit seperti diabetes, masalah pada hati dan ginjal.

Ternyata tidak hanya itu, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa terlalu banyak mengkonsumsi gula juga bisa berdampak pada wajah. Dilansir dari The Independent, mengkonsumsi gula terlalu tinggi dipercaya bisa memicu sugar face.

Tanda-tanda sugar face, dikutip dari lifestyle.sindonews.com, bisa dilihat dari munculnya lingkaran hitam di bawah mata, jerawat dan kulit pucat.

“Makanan manis memiliki indeks glikemik yang tinggi yang mengakibatkan beban gula pada tubuh naik dengan cepat dan membuat fluktuasi pada hormon insulin. Hal ini dapat menyebabkan resistensi insulin yang dapat mempercepat proses penuaan,” papar The British Association of Dermatologist, Dr Tamara Griffithd.

Penelitian juga menemukan bahwa mengkonsumsi gula secara berlebih juga bisa menyebabkan penuaan lebih awal. Pasalnya, gula akan memecah kolagen di kulit, dan gula akan mengganggu pengikatan kolagen. Akibatnya, kulit pun akan tampak pucat dan tidak segar.

“Menelan makanan manis berdampak langsung terhadap penuaan kulit karena merusak produk akhir glikasi lanjut (AGEs) yang mengikat kolagen dan komponen kulit lainnya,” pungkasnya.

Dikatakan peneliti lain, gula bisa membuat dehidrasi, membuat produksi minyak naik, kulit kasar dan keluarnya jerawat. ** Baca juga: Mana yang Bikin Cepat Gemuk, Nasi Putih atau Mie Instan?

Solusinya, para ahli menyarankan untuk melakukan diet seimbang dan gaya hidup sehat. National Health Service menyarankan untuk mengonsumsi gula tidak lebih dari 30 gram setiap harinya.(ilj/bbs)




Mana yang Bikin Cepat Gemuk, Nasi Putih atau Mie Instan?

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Tanpa disadari, terkadang saat lapar di malam hari, Anda mengonsumsi mie instan dengan tujuan untuk menghindari nasi putih yang selama ini dianggap bisa menggemukkan. Benarkah pendapat tersebut?

Dikutip dari alodokter.com, sajian mie instan satu kemasan (70 gram), terhitung mengandung 370 kalori. Sementara dengan berat yang sama, nasi putih hanya mengandung 91 kalori.

Itu artinya, kandungan kalori mie instan lebih dari tiga kali lipat nasi. Hal ini membuat kemungkinan mie instan menyebabkan tubuh lebih cepat gemuk, jika dibandingkan nasi.

Nah, bagaimana jika dibandingkan dengan roti putih yang juga sering menjadi alternatif? Tiap helai roti putih sebesar 25 gram mengandung 67 kalori.

Artinya, empat helai roti tawar (100 gram) total 268 kalori. Nilai kalori ini jauh di bawah satu kemasan mie instan. Meski begitu, roti tawar masih tergolong tinggi dibanding nasi putih yang hanya mengandung sekitar 130 kalori tiap 100 gram.

Penyajian mie instan bersama telur dan bahan-bahan lain seperti sosis, kornet, atau keju, tentu menambah kandungan kalori. Terlebih jika mie instan dikonsumsi bersama nasi, jumlah kalorinya akan menjadi berlipat.

Dalam satu hari, yaitu tiga kali waktu makan dan camilan di antaranya, kebutuhan kalori wanita dewasa hanya sekitar 1.800-2.000 dan pria dewasa sekitar 2.200-2.400.

Selain kandungan karbohidrat dan lemak tinggi, mie instan yang biasa disajikan dengan kaldu instan umumnya memiliki kandungan sodium atau garam yang tinggi.

Padahal kelebihan asupan sodium, termasuk sebagai asupan dari mie instan, memiliki risiko membahayakan tubuh. Salah satunya dapat memperberat kerja ginjal. Selain itu, sodium yang menumpuk dalam tubuh diperkirakan juga dapat memicu tekanan darah tinggi, stroke, dan gagal jantung.

Peneliti membandingkan masyarakat Asia yang mengonsumsi nasi tiap hari, dengan masyarakat negara Barat yang hanya mengonsumsi nasi kurang dari lima kali per minggu.

Hasilnya, risiko diabetes lebih tinggi pada mereka yang mengonsumsi lebih banyak nasi. Para ahli menyarankan pengganti nasi putih, yaitu produk makanan dari biji-bijian utuh.

Kini dikenal istilah panduan piring makan untuk memenuhi gizi seimbang, yang mudah dipraktikkan sehari-hari. Nasi atau karbohidrat jenis lain hanya diperbolehkan memenuhi ¼ piring makan, ¼ lagi diisi dengan protein. Sisanya, ½ piring lagi dipenuhi dengan sayuran dan buah. ** Baca juga: Yuk, Lakukan Olahraga di Waktu yang Tepat

Bijaksana sekaligus cerdas memilih makanan yang akan dikonsumsi, akan meminimalisir risiko penyakit yang merugikan.(ilj/bbs)




Yuk, Lakukan Olahraga di Waktu yang Tepat

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Menerapkan gaya hidup sehat, salah satunya dengan rutin berolahraga, adalah “tabungan” kesehatan kita di masa mendatang. Kapan saja Anda melakukan olahraga? Hal yang terpenting adalah menjaga ritme olahraga, agar didapat manfaat yang maksimal.

Nah, kapan saja waktu yang tepat untuk berolahraga? Ini dia uraiannya, dikutip dari perempuan.com:

1. Pagi
Bisa dibilang merupakan waktu yang paling pas untuk berolahraga. Selain udaranya masih segar, berolahraga di pagi hari akan membantu Anda mengumpulkan tenaga dalam menghadapi aktivitas seharian.

Olahraga sebelum melakukan aktivitas adalah cara paling tepat untuk memanaskan organ-organ tubuh, sehingga dapat bekerja dengan lebih optimal.

2. Di sela istirahat kantor
Olahraga akan membuat kondisi tubuh yang mulai lelah dan tegang saat bekerja di kantor, menjadi lebih rileks. Saat olahraga, tubuh akan mengeluarkan hormon endorphin yang akan membuatmu merasa lebih ceria.

3. Malam
Olahraga pada malam hari sangat tidak disarankan karena tubuh memerlukan waktu dan menyesuaikan diri sebelum tidur. Inilah salah satu penyebab kenapa orang terkena insomnia, padahal mereka “sengaja” berolahraga pada malam hari demi mendapatkan tidur yang nyenyak.

Jika Anda punya waktu di siang atau sore hari untuk berolahraga, lakukan dengan catatan sebelum makan. Jika memang terpaksa, tunggulah 90 menit setelah makan dan mulailah berolahraga. ** Baca juga: Makan di Ruangan Terang Bikin Cepat Langsing

Semoga bermanfaat.(ilj/bbs)




Makan di Ruangan Terang Bikin Cepat Langsing

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Musuh utama orang yang sedang menjalani program diet adalah menahan “lapar mata” sekaligus godaan makanan di mana pun berada. Terkadang tanpa disadari, Anda yang sedang berdiet justru mengonsumsi kalori lebih banyak.

Bagaimana menghindari hal ini? Menurut sebuah studi, dikutip dari female.kompas.com, makan di ruangan yang terang bisa meningkatkan kesadaran Anda untuk memiliki menu sehat ketimbang makanan berlemak dan manis.

Anda dianjurkan untuk memilih restoran dengan dekorasi penerangan yang baik dan tidak remang-remang.

Studi yang digagas oleh University of South Florida, menyebutkan bahwa 16 hingga 24 persen orang lebih memilih menu makanan sehat saat berada di ruangan yang terang.

“Tingkat kesadaran manusia lebih terjaga di ruangan yang terang, sehingga Anda yang sedang menjalani program diet akan tetap mempertahankan menu makanan yang sehat,” jelas Dr Dipayan Biswas.

Sebanyak 160 restoran diteliti oleh peneliti, mulai dari restoran makan malam hingga restoran cepat saja.

Hasilnya, hampir setengah dari pengujung restoran yang duduk di bawah lampu atau di sebelah jendela, mereka memesan menu sehat dan kalori rendah, seperti misalnya, ikan, salada, dan daging putih.

Selain itu, sebagian besar dari mereka tidak memesan pencuci mulut yang terlalu manis dan berlemak.

Sementara sebanyak 39 persen pengunjung restoran dengan penerangan cenderung gelap, lebih banyak mengonsumsi makanan yang berkalori tinggi. ** Baca juga: Konsumsi Makanan Sehat Sesuai Umur

Selamat menikmati makanan di ruang yang terang ya.(ilj/bbs)




Konsumsi Makanan Sehat Sesuai Umur

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Hidup sehat, termasuk mengonsumsi makanan sehat, sudah menjadi bagian dari gaya hidup saat ini. Namun beda usia, beda pula kebutuhan tubuh akan asupan sehat. Agar tetap sehat, konsumsi makanan pun harus pula dijaga sejak dini seiring bertambahnya usia. Bagaimana konsumsi makanan sehat sesuai umur? Berikut uraiannya, dikutip dari femina.co.id:

1. Usia 20-an & 30-an
Saatnya serius menabung kepadatan tulang dengan mengonsumsi kalsium, vitamin D, dan vitamin K, dari produk susu, sayuran hijau, kuning telur, teri, dan salmon.

Cukupi asam folat atau vitamin B9 dari sayuran berdaun hijau gelap, sereal, dan jeruk yang penting di usia reproduktif untuk melindungi calon bayi dalam kandungan dari kecacatan sekaligus memenuhi kebutuhan serat.

2. Usia 40-an
Konsumsi antioksidan yang banyak terkandung dalam buah dan sayuran berwarna-warni cerah tiap hari untuk melindungi sel tubuh dari radikal bebas.

Jaga imunitas, vitalitas, dan pikiran yang tajam dengan asupan zat besi dari daging merah atau hati dua kali seminggu, bayam, kale, kacang polong, asparagus, dan brokoli. ** Baca juga: Kapan Saatnya Mencuci Handuk Mandi?

Semoga bermanfaat.(ilj/bbs)




Kapan Saatnya Mencuci Handuk Mandi?

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Handuk adalah benda yang harus dibawa saat kita mandi. Ketika digunakan, handuk sebaiknya dalam kondisi bersih dan kering. Handuk yang lembab dan berbau, akan menjadi “hunian favorit” bagi bakteri dan kuman, sehingga dapat menyebabkan kuman penyakit berkembang biak. Berapa kali dalam seminggu Anda mengganti handuk?

Pakar kesehatan dari New York Presbyterian/Columbia University Medical Center, Susan Whittier, PhD, dikutip dari doktersehat.com, menyebutkan jika kita jarang mencuci handuk dan memakainya dalam waktu yang lama, akan berisiko mendapati banyak sekali kuman dan bakteri yang tentu akan menyebabkan infeksi kulit.

Jika infeksi yang disebabkan jamur atau bakteri ini mencapai organ vital, maka kita tentu akan mendapatkan masalah besar.

Banyak orang yang berpikir bahwa setelah mandi, mereka berada dalam kondisi yang sangat bersih. Padahal, jika kita memakai handuk yang penuh dengan bakteri dan kuman karena sudah sangat lama sekali belum diganti, Anda pun akan mentransfer bakteri dan kuman ini pada tubuh, sehingga tubuh kembali kotor.

Masalahnya adalah, beberapa jenis bakteri layaknya MRSA (Methichilin resistant Staphylococcus aureus) yang menyebabkan infeksi pada kulit juga bisa mencapai organ-organ penting layaknya paru-paru atau jantung yang tentu akan sangat membahayakan kesehatan. ** Baca juga: Risiko yang Dialami Jika Tinggal Dekat Area Pembuangan Sampah

Karena itulah pakar kesehatan pun menyarankan kita untuk segera mencuci handuk setelah empat kali dipakai. Hindari juga menggunakan handuk bersama-sama, agar kulit tetap terjaga dari berbagai masalah layaknya infeksi kulit.(ilj/bbs)




Risiko yang Dialami Jika Tinggal Dekat Area Pembuangan Sampah

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Sudah banyak diketahui bahwa kebersihan lingkungan tempat tinggal sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Lingkungan yang kotor dapat meningkatkan risiko kesehatan yang berbahaya.

Menurut para peneliti dari Lazio Regional Health Service, dikutip dari lifestyle.analisadaily.com, masyarakat yang tinggal di dekat tempat pembuangan sampah memiliki risiko tinggi terkena kanker paru-paru dan penyakit pernapasan lainnya.

Hasil ini didapat para peneliti setelah melakukan studi di Italia, dengan mempelajari karakter 242.409 orang yang tinggal dengan jarak 3,1 mil (lima kilometer) dari tempat pembuangan sampah.

Hasilnya, dalam data setelah lima tahun, para peneliti menemukan bahwa 18.609 orang meninggal, di mana 34 persen di antaranya meninggal akibat kanker paru-paru.

Para peneliti juga menemukan bahwa orang yang tinggal dalam jarak 3,1 mil (lima kilometer) dari tempat pembuangan sampah, memiliki risiko 30 persen terkena penyakit pernapasan yang fatal.

Penemuan ini telah dipublikasikan dalam International Journal of Epidemiology, sebagaimana dikutip dari Sunday World. ** Baca juga: Ini Lho Usia Ideal Jadi Ayah

Selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar akan menghindarkan Anda dari penyakit yang merugikan.(ilj/bbs)




Ini Lho Usia Ideal Jadi Ayah

Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Jika wanita memiliki batasan usia ideal yang disarankan untuk memiliki anak, tidak demikian halnya dengan pria. Ya, kaum adam tidak memiliki batas umur untuk memiliki anak, karena mereka tidak mengalami menopause.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, dikutip dari lifestyle.analisadaily.com, usia bagi pria yang paling baik untuk menikah adalah di atas 25 tahun.

Antara tahun 1980-2014, telah terjadi peningkatan sebesar 58 persen, di mana pria di atas 35 tahun baru memiliki anak.

Memang tidak ada kaitan umur pria dengan kesehatan bayi. Tapi, itu tidak berarti menunda menjadi ayah 100 persen terbebas dari risiko ya.

Masalahnya, pria di atas 30 tahun sudah mulai mengalami berbagai penyakit. Semakin bertambah tua, maka faktor-faktor kesehatan semakin banyak.

Pria akan kehilangan sel-sel leydig, yaitu sel yang memproduksi testoteron dan selalu berhubungan dengan sistem saraf, di testisnya yang membuat sel-sel testosterone dan sertoli sebagai pendukung, serta memelihara sperma baru.

“Akibatnya, sperma yang dihasilkan mulai tidak baik. Sperma bisa saja mengandung mutasi DNA yang membahayakan bayi,” kata Dr. Ranjith Ramasamy, direktur pengobatan reproduksi pria dan operasi di University of Miami Miller School of Medicine.

Penelitian lainnya menyebutkan, wanita dengan pasangan berusia di atas 35 tahun, 27 persen meningkat risikonya mengalami keguguran dibandingkan dengan pasangan lebih muda dari umur tersebut.

Dilaporkan dari Fox News, risiko skizofrenia ( gangguan mental yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah) empat kali lipat terjadi pada pria yang memiliki anak di atas 35 tahun.

Terlebih lagi, angka autisme meningkat dari satu berbanding 1.000, menjadi satu banding 174 anak karena menikah di umur yang tidak muda lagi. ** Baca juga: Teliti, Bisa Jadi Anda Pernah Menyantap Salmon Depresi

Tingkatan risiko kanker di kalangan anak juga tampak meningkat dikarenakan ayah mereka bertambah tua, yang kemungkinan dikarenakan beberapa mutasi DNA yang  berkontribusi terhadap tumbuh kembang sang bayi.(ilj/bbs)