oleh

Catatan Pinggiran Tangsel, Potret Buram PPDB Online

image_pdfimage_print

illustrasi

Kabar6-Pagi itu Ilham begitu bersemangat setelah mendengar bahwa pendaftaran online untuk siswa SMA telah dibuka. Ia terlihat menyibak lembaran-lembaran kertas yang sepertinya kumpulan berkas yang dibutuhkan sebagai syarat. Sampai- sampai foto di raportnya ia copot sementara dari sampul muka lantaran ingin men-scan menjadi pas foto berlatar merah ukuran 3×4. 

Ya, salah satu berkas yang harus dipersiapkannya adalah pas foto 3×4 sebanyak 3 lembar. Setelah rampung men-scan, pas foto yang sisi pinggirnya tertoreh sedikit tinta cap sekolah ia tempelkan kembali ke sampul muka raport.

Esoknya ia menuju SMA yang dituju, tepatnya SMA Negeri 9 Tangerang Selatan, zonasi Banten. Setibanya di parkiran sekolah, ia diantar bapaknya dengan sepeda motor, Ilham celingak-celinguk mencari dimana ada keramaian para orangtua siswa yang sekadar ingin mencari tahu informasi pendaftaran online. 

Tepat di pintu utama sekolah, ia melihat kertas-kertas yang ditempelkan layaknya standing banner yang berisikan informasi seputar proses pendaftaran online. Daripada mencatat, ia memilih untuk memoto lembaran-lembaran tersebut. 

Ilham sempat kaget, karena salah satu lembaran menjelaskan jalur- jalur yang dipakai mendaftar. Tertera disitu, jalur umum, prestasi, keluarga miskin, dan luar zona. Waduh, mungkin dibenaknya berkata demikian. Apa sebabnya, harapan satu-satunya mendaftar melalui jalur lokal tidak disebut. Padahal ia berharap jalur itu bisa digunakannya agar bisa diterima di SMA Negeri 9, sekolah yang sudah sering ia perbincangkan dengan orangtuanya di rumah. Kenapa ia memilih jalur lokal, Ilham sadar perolehan nilai ujian nasionalnya kurang kompetitif untuk bertarung di jalur umum yang mengandalkan nilai akhir ujian nasional.

Ilham tetap tidak patah semangat. Kepada orangtuanya ia meyakinkan akan tetap bertarung melalui jalur umum, meski ia sadar pesaingnya berjubel. Sebelum kembali ke rumah Ilham sempat berkeliling sekolah melihat suasana, ya meski bangunan sekolah tidak terlalu megah, tapi sekolah itu cukup rindang, cocok untuk suasana belajar, sekadar sarana melepas penat dari panasnya eskalasi politik lokal maupun nasional, termasuk tren hoax mengenai ISIS.

Ia pun memutuskan kembali ke rumah. Masih dengan semangat, setibanya Ilham langsung membuka laptop butut, yang jika tersenggol cashnya layarnya langsung mati. Mengandalkan hotspot ponsel miliknya ia langsung berselancar internet mengetik alamat link pendaftaran online seperti yang ditulis lembaran papan pengumuman. 

Lelet,….loading terus…hingga sore hari, halaman muka web tak kunjung muncul di layar laptopnya. Yang muncul hanya gambar dinasourus milik google chrome. Tidak menyerah, malamnya ia kembali mencoba. Tapi tidak menggunakan laptopnya, melainkan ponselnya. Ilham memilih duduk di teras rumah, alasannya mengejar sinyal. Benar saja usahanya yang hingga larut itu berbuah hasil. 

Layar ponselnya muncul gambar Wahidin Halim dan Andika Azrumy, pemenang Pilgub Banten. Di atas foto dua orang itu, tertera logo Dinas Pendidikan Provinsi Banten. Ia mulai mengotak-atik mengikuti alur perintah untuk mendaftarkan diri. Diisinya setiap kolom-kolom yang ada. Akhirnya, layar ponselnya memuat lembaran formulir pendaftaran yang sudah mencantumkan ihwal dirinya sebagaimana yang diinginkan Dinas Pendidikan dalam bentuk PDF. Ia save. Jarum jam ketika itu menunjukkan pukul 01.15 Wib. “Sambil nunggu sahur,” ujarnya kepada sang Ayah yang masih asyik nonton tv. 

Wajahnya tergurat lelah, jengkel, tapi tidak putus asa. Pagi kemudian, link PDF tadi ia kirim ke hape ayahnya melalui Whats App, diteruskan ke email sang ayah. Ia meminta tolong agar lembaran PDF tadi di prinkan. 

Pukul 10.00 Wib, Ilham kembali ke sekolah, SMA Negeri 9 Tangsel. Tiba disana ia disambut oleh panitia sekolah. Berkas-berkasnya di cek. Ok, lengkap. Salah seorang panitia membawa berkasnya dan mencoba memasukkan data ke komputer sekolah, tapi apa yang terjadi. Panitia mengatakan kepada Ilham, “Nak, berkasmu disimpan dulu ya disini, tadi bapak mau masukkin datanya, servernya sedang gangguan.”

Ilham mengiyakan, ia pun keluar dari antrian yang kira-kira sekitar 20- an orang. Tragisnya dalam antrian itu, ternyata masih ada orangtua yang menanyakan kepada pihak sekolah alasan tidak adanya jalur lokal, bahkan masih ada yang bingung mendaftar secara online.

Semoga saja ke depan masih ada jalur lokal, dan semoga saja Dinas Pendidikan Provinsi Banten lebih siap menghadapi gelombang pendaftaran siswa baru dengan kapasitas, kekuatan server yang mumpuni.(yud)

Print Friendly, PDF & Email