oleh

BPPT Warning Warga Setu Kurangi Pohon Bambu, Ini Alasannya

image_pdfimage_print

Kabar6-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyarankan agar warga di Kecamatan Setu, lokasi rawan pergerakan tanah dapat mengurangi pohon bambu.

Wilayah pemukiman penduduk yang berada di perbukitan itu masuk zona merah rawan longsor.

“Karena fungsinya mengikat air dan memiliki beban lebih pada puncak jadi makin banyak bangunan dan pohon bambu yang makin banyak menambah beban,” ungkap Kepala Bagian Program dan Anggaran Pusat Teknologi Reduksi Resiko Bencana BPPT, Nur Hidayat Jum’at, (21/11/2019).

Ia kembali datang ke Keranggan, salah satu wilayah rawan longsor di Kecamatan Setu, untuk melakukan kajian. Warga mesti waspada terus mengenai pohon bambu yang ada di bukitnya.

“Ini saya anggap bukit ya karena bawahnya lembah,” ujar Hidayat.

Indikasi-indikasi menjadi petunjuk yang kuat bahwa tanah ditempatnya bermukim bergerak sudah terlihat jelas.

Semua sejajar dengan arah longsorannya. Jadi kelihatan memang ada beberapa rumah penduduk yang memang sudah dijejak. Jejaknya berupa jejak amblas sedikit terus bergeser ketarik.**Baca juga: Rawan Longsor, BPPT: Permukaan Tanah di Setu Sudah Ketarik.

“Itu keliatan sekali. Tapi rata-rata itu sudah dibenerin di aci lagi sama masyarakat. Padahal ini sebenarnya indikasi memberikan warning kepada masyarakat bahwa daerah ini bergerak. Apalagi mau masuk musim hujan. Akan banyak menimbulkan banyak pori-pori sudah terbuka retakan. Kalau ini sebagai jadi jalan air itu bisa dapat memicu longsor,” papar Hidayat.

Diberitakan kabar6.com sebelumnya, pergerakan tanah sudah terjadi di RT 14 RW 03, Kelurahan Keranggan, Setu. Fenomena alam itu menyebabkan tujuh rumah warga rusak. Bahkan satu di antaranya bagian tembok rumah terbelah.(yud)
Print Friendly, PDF & Email