oleh

Bertebaran di Bibir Pantai, Greenpeace Bakal Audit Merk Sampah

image_pdfimage_print

Kabar6-Sampah plastik yang berserakan di bibir pantai menjadi tanggungjawab bersama. Greenpeace Indonesia akan audit merk sampah, untuk mengetahui siapa penyumbang sampah terfavorit.

Hal ini di kemukakan oleh Muharram Artha Rasidi Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia pada momen World Cleanup Day, di Pantai Cinta Kuk Cituis, Desa Sukawali, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Sabtu (15/9/2018).

Menurutnya setelah diadakan bersih-bersih pantai, pihaknya akan memilah sampah plastik berdasarkan merk dan akan melakukan audit merk.

“Audit merk dilakukan untuk melihat perusahaan mana saja bertanggungjawab atas sampah,” ucapnya.

Atha menambahkan, masyarakat mengonsumsi plastik sekali pakai karena adanya suplay yang masif dari para produsen. Seperti produk kebutuhan sehari-hari atau fast moving consumer good. Dengan gencarnya suplai dari perusahaan, maka volume sampah plastik menjadi tak terbendung.

“Perlu dicatat hanya 9 persen saja sampah plastik yang didaur ulang, 12 persen dibakar, 79 persen di tempat pembuangan lingkungan sekitar. Dari daratan air berlabuh di laut, melalui beberapa jalan. Dan akhirnya mengancam ekosistem laut. Dimana 94 persen sampah plastik akhirnya mengendap di dasar laut,” terangnya.

Menurutnya sampah plastik yang sebagian terurai di dasar laut akan dimakan oleh ikan. Dan ikan dikonsumsi manusia dan akan menjadi penyakit pada tubuh.

“Sangat berbahaya jika ikan di laut makan sampah plastik. Lalu kita makan ikannya dan masuk dalam tubuh kita, bisa menjadi penyakit,” imbuhnya.

Von Hernandez Koordinator global dari breakfreet from plastic menyatakan, nantinya akan ada audit merk sampah yang dikumpulkan. Hal itu, untuk memperjelas perusahaan mana yang akan bertanggung jawab.

“Korporasi tidak dapat mencuci tangan mereka dari krisis polusi plastik dan menyalahkan masyarakat sepanjang waktu. Audit merk kami meperjelas perusahaan mana yang terutama bertanggungjawab atas proliferasi sampah plastik yang mencemarkan alam dan membunuh lautan kita. Jejak mereka memberikan bukti yang tak terbantahkan tentang kebenaran ini,” tandasnya.

Peserta aksi berjumlah sekitar 128 orang dari Greenpeace Indonesia. Anggoro (22), salah seorang mahasiswa dari fakultas tekhnis industri di Tangerang, mengaku sulit mengidentifikasi sampah. Pasalnya, sebagian sampah sudah terurai dan ada yang berukuran sangat kecil.**Baca Juga: Sejak 2014, Akses Menuju Dua Sekolah di Tigaraksa Belum Dilanjutkan.

“Yang sulit teridentikasi itu sampah yang kecil yang sudah tidak jelas merknya. Namun kami membawa beberapa merk sampah yang berukuran sendang dan besar untuk dikaji. Kami berharap semua pihak ikut membantu,” harapnya.(vero)

Print Friendly, PDF & Email