oleh

Benarkah Stres Bikin Otak Menyusut?

image_pdfimage_print

Kabar6-Saat mengalami stres, tubuh kita melepaskan kortisol atau hormon stres. Kortisol memiliki kekuatan untuk menurunkan tekanan darah, mengelola gula darah, dan mengurangi peradangan dalam tubuh.

Para peneliti di University of California di Berkeley, melansir healthline, menemukan bahwa ketika tikus laboratorium terkena peristiwa stres singkat, sel-sel induk di otak mereka benar-benar mekar menjadi sel-sel saraf baru. Hasilnya, kinerja mental tikus meningkat. Tetapi stres kronis, yaitu tingkat stres yang berulang-ulang dan berkepanjangan, berbeda hasilnya dengan stress ringan. Dalam jangka waktu lama, peningkatan kadar kortisol dapat mendorong kita menjadi penderita obesitas, penyakit jantung, depresi, tekanan darah tinggi, dan perilaku gaya hidup yang tidak sehat.

“Tingkat kortisol yang tinggi disekresikan karena kerusakan stres dan mengurangi volume otak,” kata Dr Janette Nesheiwat, dokter keluarga dan pengobatan darurat di New York City. “Kita bisa membuktikan dan melihat hal ini pada scan otak.”

Dua area yang terkena adalah hippocampus, yaitu bagian dari otak besar yang terletak di lobus temporal. Manusia memiliki dua hippocampus, yakni pada sisi kiri dan kanan. Hippocampus merupakan bagian dari sistem limbik dan berperan pada kegiatan mengingat (memori) dan navigasi ruangan, yang memainkan peran sentral dalam pembelajaran dan ingatan, dan korteks prefrontal, yang mengatur pikiran, emosi, dan tindakan dengan “berbicara” ke daerah otak lainnya.

Dalam penelitian terbaru yang dipublikasikan online di jurnal Neurology, peneliti memeriksa kadar kortisol dalam darah 2.231 orang setengah baya yang sehat. Mereka juga menilai ingatan dan kemampuan berpikir mereka dan mengambil gambar otak mereka.

Ditemukan pada tiap orang, terutama wanita, memiliki kadar kortisol yang tinggi dalam darah mereka, dinyatakan dalam tes memori dan kognitif nya lebih payah. Seiring waktu, mereka juga tampak kehilangan volume otak.

“Volume otak dan kinerja memori yang sedikit lebih rendah dari ukuran yang terlihat dalam penelitian ini dikaitkan dengan risiko demensia yang lebih tinggi 10 hingga 20 tahun kemudian,” kata Dr. Sudha Seshadri, salah satu penulis dan direktur studi dari Glenn Biggs Institute for Alzheimer dan Neurodegenerative Diseases di UT Health San Antonio.

Dr. Monica Starkman, seorang psikiater fakultas di Universitas Michigan Medical School, mengamati fenomena ‘penyusutan’ serupa pada pasien dengan penyakit Cushing aktif. Ini adalah kondisi langka di mana terlalu banyak kortisol diproduksi di dalam tubuh. Cushing adalah penyakit yang timbul ketika kelenjar adrenal pada tubuh terlalu banyak memproduksi hormon kortisol, yang dikenal sebagai simtoma hiperkortisolisme. “Ketika kami menggunakan [sebuah] MRI untuk memeriksa otak mereka, kami menemukan bahwa memang, hippocampus berkurang ukurannya dibandingkan dengan norma-norma untuk subyek manusia,” kata Starkman.

Namun sebelum kita menekankan tentang otak yang menyusut, perlu diingat bahwa tidak jelas apakah perubahan ini permanen atau tidak. Ketika pasien Starkman diteliti satu tahun setelah perawatan mereka untuk penyakit Cushing (yang biasanya terdiri atas operasi pituitari), kadar kortisol mereka turun dan volume hippocampus meningkat. “Skor mereka dalam belajar meningkat juga,” kata Starkman.

Bagaimana menghadapi rasa stres? Hindari hal-hal yang membuat kita mudah stres, sifat lekas marah atau mudah sedih cenderung memicu stres, tetapi itu tidak selalu begitu jelas. “Tanda-tanda kognitif stres dapat mencakup kehilangan memori, kesulitan berpikir, konsentrasi, dan sulit dalam mengambil keputusan,” kata Nesheiwat. ** Baca juga: Mengapa Konsumsi Gula Berlebih Tidak Baik untuk Kesehatan?

Stres dapat bermanifestasi sebagai gejala fisik juga. Misalnya, Anda mungkin mengalami kelelahan, penurunan berat badan, sakit kepala, masalah pencernaan, nyeri tubuh, dan nyeri sendi.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email