oleh

Benarkah Makanan yang Dibakar Lebih Sehat dan Rendah Kalori?

image_pdfimage_print

Kabar6-Banyak orang beranggapan bahwa daging, unggas, dan ikan yang dibakar cenderung lebih rendah kalori dan lemak ketimbang digoreng. Namun, memasak dengan cara dibakar pun bukan berarti tanpa risiko, lho.

Memasak daging dengan suhu tinggi di atas nyala api terbuka akan membentuk senyawa berbahaya yang dapat meningkatkan risiko kanker. Jadi benarkah masak dengan dibakar menjadi metode terbaik?

Seorang pakar nutrisi olahraga bernama Georgie Fear, R.D., C.S.S.D., dan Kelly Jones, R.D, C.S.S.D., memberikan pendapatnya untuk mengetahui apakah memanggang benar-benar baik seperti yang kita pikirkan selama ini.

Daging yang dibakar, melansir Kompas, diklaim lebih rendah lemak dan kalori dibandingkan dengan daging yang dimasak dengan cara lain. Jadi, ini adalah pilihan memasak yang paling sehat. Bukti menunjukkan tidak demikian. Ketika daging dimasak pada suhu tinggi, lemak dari dalam daging akan dilepaskan. Lemak akan menetes melalui panggangan, sehingga kita tidak akan memakannya.

“Hasilnya adalah daging sedikit lebih rendah lemak atau kalori dibandingkan dengan protein yang sama yang dimasak di wajan,” kata Jones.

Tetapi sebenarnya, membakar daging tidak sesempurna itu. Ketika daging merah, unggas, atau makanan laut dibakar di atas api terbuka, bahan kimia seperti amina heterosiklik (HCA) dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) akan terbentuk.

“HCA berkembang ketika asam amino, gula alami, dan senyawa lain dalam daging bereaksi pada suhu tinggi dan arang, sementara PAH terbentuk ketika jus daging dan lemak yang menetes jatuh ke panggangan,” urai Jones.

Ditambahkan, “Asap yang mengepul diisi dengan PAH, dan kemudian melekat kembali ke permukaan daging. HCA dan PAH juga dianggap kemungkinan karsinogen untuk manusia, yang berarti itu berpotensi menyebabkan kanker.”

Menurut National Cancer Institute (NCI), kedua bahan kimia tersebut mampu merusak DNA dalam sel-sel kita, yang dapat memicu pertumbuhan kanker. Hingga saat ini memang belum ada penelitian pada manusia yang mengonfirmasi bahwa HCA dan PAH meningkatkan risiko kanker.

Menurut NCI, beberapa studi populasi menunjukkan, orang yang makan daging lebih matang dan dibakar memiliki tingkat penyebab kanker yang lebih tinggi, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan. Dengan demikian, dibakar bukan satu-satunya pilihan memasak untuk menurunkan kandungan lemak dari daging.

“Ini hanya salah satu dari banyak metode yang membiarkan lemak meleleh habis,” terang Fear. “Kamu bisa membakar daging di atas panggangan berlubang. Tak harus di atas api langsung.”

Bahkan, ketika membakar atau menggunakan metode memasak lain yang membantu mengeringkan kelebihan lemak, perbedaan nutrisi tidak akan terlalu besar. “Burger bakar memiliki sekira satu gram lebih sedikit lemak dan 10 kalori lebih sedikit daripada burger yang dimasak dalam wajan,” kata Fear.

Kesimpulannya, membakar daging tidak membuat lemak dan kalori daging jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan metode memasak lainnya. Belum lagi, kemungkinan pembentukan bahan kimia yang berpotensi menyebabkan kanker.

“Saya tidak akan memilihnya untuk tujuan mengurangi lemak, mengingat memanggang menggunakan panggangan listrik bisa memberikan pengurangan lemak serupa, tanpa peningkatan senyawa karsinogenik,” sebut Fear. ** Baca juga: Ini Lho Buah dengan Kandungan Vitamin C Tertinggi

Lantas, apakah ini berarti kita harus menghindari konsumsi sate seumur hidup? Meskipun tidak ada pedoman resmi dalam hal konsumsi daging, unggas, atau makanan laut dan risiko kanker, sepertinya tak masalah untuk menikmati burger bakar, barbeque atau hidangan sate sesekali.

“Saya tidak akan khawatir untuk makan daging bakar sebulan sekali. Tetapi saya akan berusaha menjaga konsumsi saya serendah mungkin,” kata Fear.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email