oleh

Begini Rute Penyebaran COVID-19 Hingga ke Seluruh Dunia

image_pdfimage_print

Kabar6-Hingga kini, penyebaran pandemi COVID-19 telah mencakup 192 negara di seluruh belahan dunia. Dan untuk memutus mata rantai COVID-19, banyak negara menerapkan pembatasan akses masuk, pelarangan perjalanan, hingga melakukan lockdown.

Sayangnya, penyebaran COVID-19 masih terus berlanjut begitu cepat. Hanya dalam waktu tiga bulan, virus ini bahkan sudah menyebar ke hampir seluruh benua di dunia.

Bagaimana sebenarnya rute penyebaran COVID-19 sejak awal kemunculannya hingga saat ini? Seperti digambarkan oleh The New York Times, melansir Hellosehat, kasus COVID-19 pertama kali dilaporkan di kota Wuhan, Tiongkok, pada 31 Desember 2019. COVID-19 saat itu dikenal sebagai penyakit pneumonia akibat novel coronavirus, atau virus corona baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

Meski dilaporkan akhir Desember, banyak ahli meyakini bahwa wabah ini kemungkinan sudah dimulai sejak pertengahan Desember atau akhir November. Jumlah kasus yang tercatat saat itu baru belasan, tapi jumlah kasus sebenarnya diperkirakan mencapai hampir seribu orang.

Wuhan memiliki pusat transportasi berupa stasiun kereta Hankou. Setiap hari, puluhan ribu warga Tiongkok bepergian melewati stasiun ini. Jaraknya hanya terpaut 1,2 km dari Pasar Huanan yang menjadi tempat awal munculnya puluhan kasus COVID-19.

Salah satu faktor penunjang penyebaran COVID-19 adalah tingginya arus perjalanan dalam rangka Tahun Baru Imlek. Ratusan juta warga Tiongkok saat itu bepergian untuk mengunjungi rumah sanak saudaranya. Sebagian besar terpusat di Beijing, Shanghai, dan Guangzhou. Arus perjalanan dari Wuhan terus meningkat hingga tiga minggu setelahnya.

Pada 21 Januari 2020, sekira tujuh juta warga Wuhan bepergian ke berbagai wilayah. Ribuan orang diperkirakan sudah terjangkit COVID-19 saat itu.

Ketika pemerintah Tiongkok menyadari risiko penularan antarmanusia, penyebaran COVID-19 secara lokal sudah terjadi di Shanghai, Beijing, dan beberapa kota besar lainnya. Pihak pemerintah pun menerapkan lockdown di sejumlah kota serta membatasi perjalanan di Tiongkok. Sayangnya, wabah itu sudah telanjur menyebar luas.

Hingga pertengahan Januari, ribuan penduduk Wuhan masih bepergian ke sejumlah kota di berbagai negara. Selama satu bulan terakhir, sekira 900 orang pergi ke AS, 2.200 orang mengunjungi Australia, dan lebih dari 15.000 orang bepergian ke Bangkok, Thailand.

Kasus pertama pun muncul di Thailand. Tidak lama berselang, kasus-kasus baru mulai bermunculan di kota-kota besar seperti Tokyo, Singapura, Seoul, dan Hong Kong. Amerika Serikat (AS) pun menyusul dengan mengonfirmasi kasus pertamanya di Seattle.

Seorang profesor di Columbia University Mailman School of Public Health, AS, bernama Jeffrey Shaman memperkirakan sekira 86 persen persen warga yang terinfeksi tidak terdeteksi. Namun mereka sudah bisa menulari orang yang sehat. Dan, inilah yang mendukung penyebaran COVID-19.

Ketika Wuhan mengalami lockdown pada 31 Januari, wabah sudah terjadi di sekira 30 kota dari 26 negara. Virus pun mulai menyebar di ruang tertutup seperti restoran dan gereja sehingga orang yang tidak pernah bepergian ke Tiongkok ikut terinfeksi.

Memasuki Maret, sudah muncul ribuan kasus COVID-19 di Italia, Iran, dan Korea Selatan. Indonesia juga melaporkan dua kasus pertamanya pada 2 Maret. Tiga minggu setelahnya, angka tersebut melambung naik menjadi 514 kasus dengan 49 kematian.

Tiongkok yang mengalami dampak terparah saat itu mulai menggiatkan pemeriksaan, pelacakan, dan isolasi pasien. Langkah serupa juga dilakukan oleh Korea Selatan, Singapura, dan beberapa negara lain sehingga angka kasus berkurang drastis. ** Baca juga: 6 Cara Penularan COVID-19 yang Sering Diabaikan

Semoga pandemi COVID-19 segera berakhir, dan warga dunia dapat kembali hidup seperti sediakala.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email