oleh

Begini Pengakuan Saksi di Sidang Pembantaian Keluarga Mantan Pacar

image_pdfimage_print

Kabar6-Kesedihan terpancar jelas di raut wajah dan nada suara Dewi Febriani, saat memberikan kesaksian di Pengadilan Negeri (PN) Tangerang, Senin (8/9/2014).

Ya, Dewi sedih saat teringat “kepergian” kedua orangtuanya, pasangan Dukut dan Heriyanti, akibat dibunuh oleh Ramadan Gumilar alias Gugum, yang tak lain adalah mantan pacarnya.

Dihadapan majelis hakim, Dewi menjelaskan, bahwa kedekatannya dengan terdakwa kurang lebih sudah 7 tahun. Kala itu, di tahun 2007 ia diperkenalkan oleh adik sepupunya.

“Saya dikenalin sama adik sepupu,” kata Dewi, saat ditanya sang hakim ihwal perkenalan mereka.

Dalam pemaparannya, Dewi seakan tak percaya terdakwa tega melakukan perbuatan sekeji itu, mengingat terdakwa sudah dianggap seperti bagian dari keluarga sendiri dalam rumahnya. “Jadi pas dua minggu sebelum kejadian, saya putusin dia, karena dia orangnya tidak dewasa,” tukasnya.

Dewi juga mengakui, bila dirinya mengetahui saat terdakwa meminjam uang kepada orang tuanya untuk menebus laptop. Namun, belakangan karena kondisi ekonomi keluarganya sedang tidak baik, sang ibu kerap mengeluhkan dan menanyakan perihal hutang terdakwa kepadanya.

“Iya, mamah pernah nanyain masalah hutang terdakwa, karena kondisi ekonomi keluarga sedang tidak baik,” katanya.

Bahkan, cerita Dewi, siang hari sekira kurang dari pukul 01.00 siang, sebelum peristiwa itu terjadi, sang ibu sempat menelponnya untuk memberitahu bahwa terdakwa sudah datang kerumah.

“Ibu juga sempat bilang dirumah juga lagi ada tante saya, terus telepon diberikan ke terdakwa. Waktu itu, dia ngeluh sedang ga enak badan, dan saya suruh untuk istirahat dikamar bawah dan minta obat sama mamah. Waktu itu dia juga sempat minta untuk balikan (menjalin kasih) lagi. Tapi saya bilang nanti saja bicara soal itu, saya lagi kerja, dan tak lama telp itu saya tutup,” urainya.

Setelah itu, lanjut Dewi, sore harinya ia banyak mendapat pesan dan bbm dari rekan serta sanak keluarganya. “Sorenya saya banyak dapet sms daan bbm dari temen dan keluarga lain, menanyakan keadaaan saya. Saya sedikit curiga, dan coba-coba buka berita di media online,” papar Dewi.

Sementara itu, Bagus Tri Hartanto, adik kandung Dewi, yang kala itu juga sempat menerima hantaman sebuah kunci pipa dari terdakwa, secara gamblang menceritakan kronologis kejadian itu kepada majelis hakim.

“Waktu itu saya pulang sekolah dan langsung masuk kedalam rumah. Ternyata terdakwa sudah berdiri di bawah tangga lantai dua rumah,” ungkap Bagus.

Tanpa curiga, Bagus menghampiri terdakwa yang memanggilnya dan bercerita kalau dirinya tengah ada konflik dengan anak Kota Bumi.

“Habis itu saya diajak ngobrol diatas, dan saya jalan duluan. Pas sudah diatas saya langsung di hantam sebanyak lima kali pukulan dengan kunci pipa,” kata Bagus.

Setelah sadar bahwa dirinya dalam keadaan diserang, Bagus pun mencoba menangkis hantaman yang kelima dan berhasil mengambil kunci pipa itu dari tangan terdakwa. Bagus yang memiliki badan lebih besar dari terdakwa itu pun langsung menjatuhkan terdakwa dan menindihnya.

“Saya jatuhin dia terus saya dudukin. Saya juga sempat tanya sama dia, kenpa ko begini kalau ada masalah ceritain saja,” urai Bagus.

Selanjutnya, Bagus membawanya ke bawah, namun, saat itu terdakwa sempat meminta maaf. “Dia sempet bilang sory gus soalnya mamah minta uangnya maksa,” tukasnya.

Bagus yang kala itu mengalami luka dikepalanya pun berlari keluar meminta pertolongan kepada warga sekitar.

“Dia sempet ikut keluar dan bilang ke warga bukan saya terus langsung masuk lagi kedalam rumah. Sedangkan saya dibawa ke klinik, dan saat itu saya juga belum tahu kalau ternyata mamah, papah sama adik saya pras sudah dibunuh,” ungkapnya.

Sedangkan, saksi lain Wahyudin yang mendapat informasi adanya perkelahian langsung menyambangi rumah korban, dengan niat untuk melerainya.

“Saat itu saya juga belum tahu kalau ada pembunuhan. Jadi saya dapat informasinya si bagus berkelahi dengan terdakwa,” paparnya.

Tak berselang lama, terdakwa muncul dari atas dan berniat keluar dari atas rumah. “Dan akhirnya terdakwa keluar dan berlari lewat genteng rumahg tetangga lainnya. Dia baru berhasil ditangkap sama tetangga lain dan langsung saya amankan ke rumah saya, karena takut dipukuli warga lain,” kata Wahyudin.

Sesampainya dirumah, tambah Wahyudin, dirinya langsung menelpon pihak kepolisian sektor Jatiuwung. Namun, tiba-tiba ada tetangga lain yang datang memberitahu bahwa ada korban yang tewas terbunuh. **Baca juga: Si Pembantai Keluarga Mantan Pacar Didakwa Seumur Hidup.

“Ada tetangga lain datang ngasih tau, suruh jangn sampe keluar, soalnya ada yang dibunuh. Dan, sekitar jam 5 polisi datang kelokasi,” pungkasnya.(Ges)

Print Friendly, PDF & Email