oleh

BATAN Resmikan Pusat Pengkajian dan Budaya Keamanan

image_pdfimage_print

Kabar6-Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) resmi mendirikan Center for Security Culture and Assessment (CSCA), atau Pusat Pengkajian dan Budaya Keamanan di Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), pada Senin (29/9/2014) kemarin.

Keamanan nuklir berdasarkan definisi International Atomic Energy Agency (IAEA) adalah membangun karakteristik, sikap dan perilaku individu, organisasi dan lembaga yang berfungsi sebagai sarana untuk mendukung dan meningkatkan keamanan nuklir.

“Tujuan didirikannya CSCA ini guna membantu IAEA dalam  mempromosikan budaya keamanan nuklir. Dan membuat faktor manusia menjadi asset keamanan nuklir,” kata Kepala BATAN, Djarot S Wisnubroto usai Inagurasi CSCA yang dihadiri perwakilan dari negara Indonesia, Austria, USA, Bulgaria, Marocco, Korea Selatan, Italia Vietnam, Malaysia, Thailand, Ukraina, Japan, Belgia, dan Myanmar,  serta organisasi internasional : IAEA, UNODA, UNICRRI serta center of excellence di Asia Pacific.

Dikatakannya, budaya keamanan dapat berperan penting dalam mencegah dan mendeteksi, serta tanggap terhadap pencurian, sabotase, pemindahan secara ilegal dan tindakan jahat terhadap bahan nuklir, bahan radioaktif atau fasilitas nuklir lainnya.

Batan sebenarnya mengimplementasikan konsep pedoman budaya keamanan nuklir IAEA pada karyawannya pada 2008 silam. Dengan pertimbangan, pegawai Batan sebagian besar di atas usia 50 tahun.

“Karena sudah lama bekerja di Batan, merasa sudah kenal dengan lingkungan kantor jadi merasa aman melintasi daerah-daerah terpapar radiasi. Karenanya pedoman ini diterapkan,” tambahnya.

Lalu Batan pada 2010 menyusun program sosialisasi budaya keamanan kepada seluruh pegawai. Kemudian di 2012, Batan bekerjasama dengan IAEA dan Center for International Trade and Security at The University of Georgia, menjalankan pilot project self-assessment methodology di fasilitas reaktor Batan.

Hasilnya dipresentasikan pada IAEA Technical Meeting on Security Culture Self Methodologies di Wina pada April 2013. Pertemuan yang dihadiri 30 negara anggota IAEA ini menjadikan pengalaman Indonesia sebagai dasar untuk memperbaiki draft pedoman yang ada.

“Pedoman ini penting karena bagaimana negara lain percaya pada Indonesia, jika kita sendiri tidak menerapkan pedoman keselamatan nuklir,” terangnya.

Di tempat serupa, Igor Khripunov PhD, praktisi nuklir dari School of Public and International Affairs The University of Georgia, menegaskan, Indonesia menjadi role model bagi negara-negara lain dalam penerapan budaya keamanan nuklir.

Senada Igor, Nuclear Security Culture Officer IAEA, Kazuko Hamada, menambahkan, pengalaman dari BATAN dalam mengimplementasikan pedoman budaya keselamatan nuklir telah mendapatkan pengakuan dari pakar internasional. **Baca juga: Lagi, Napi Rutan Jambe yang Kabur Ditangkap.

“Selanjutnya, IAEA pun meminta BATAN untuk meneruskan pengalaman pedoman budaya keselamatan nuklir ini kepada Negara-negara lainnya,” paparnya.(fitrah)

Print Friendly, PDF & Email