oleh

Batan Ajak pelaku Usaha Kesehatan Manfaatkan Nuklir

image_pdfimage_print

Kabar6-Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menggelar kegiatan temu bisnis di Gedung Pusat Inovasi dan Bisnis Teknologi, Kawasan Puspiptek, Kota Tangsel. Forum diskusi antara Batan dengan stakeholder lain ini dalam upaya pemanfaatan radioisotop dan radiofarmaka yang merupakan rangkaian Seminar Nasional Pendayagunaan Teknologi Nuklir di tahun 2017.

Sebagai penyedia teknologi produksi radioisotop dan radiofarmaka yang bekerjasama dengan PT Kimia Farma, pihaknya memproduksi secara komersial tiga produk kit-radiofarmaka dan dua senyawa bertanda untuk berbagai tujuan aplikasi kesehatan, seperti diagnosa kanker tulang, diaknosa kanker tiroid, terapi paliatif kanker hingga diagnosa penyakit dan ginjal.

Selain itu, Batan juga tengah melakukan riset produksi radiofarmaka yang potensial dimanfaatkan untuk diagnosa penyakit TBC, fungsi paru dan jantung, serta terapi keloid, kanker tiroid dan prostat.

Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan, forum ini merupakan sesuatu yang penting, dapat digunakan untuk mengenalkan Batan dan produknya.

“Kita dapat mengenalkan peran dan produk Batan misalnya peran kita tidak hanya sebagai penghasil litbang saja, tetapi juga berperan sebagai Technical Supporting Organization (TSO), serta sebagai clearing house teknologi nuklir,” ujarnya saat konferensi pers, Rabu (22/11/2017).**Baca Juga: Tolak UMK, Ratusan Buruh Tangerang Bergerak Menuju Kantor Gubernur.

Kegiatan temu bisnis juga bertujuan agar mendapatkan umpan balik dari stakeholders dalam memproduksi radioisotop dan radiofarmaka yang telah banyak dimanfaatkan di sektor kesehatan dan industri.

Pada forum temu bisnis ini, Djarot mengajak pelaku bisnis terkait untuk menggunakan produk teknologi nuklir baik yang dihasilkan Batan maupun dari entitas lain. Sehingga makin banyak masyarakat yang mengetahui manfaat teknologi nuklir. Ia pun berharap ke depan semakin banyak pemangku kepentingan yang memanfaatkan teknologi nuklir.

“Semoga ke depan makin banyak pemangku kepentingan yang terlibat dalam kegiatan baik komersial maupun non komersial dalam teknologi nuklir. Dampaknya adalah semakin mudah meyakinkan pemerintah dan masyarakat tentang manfaat energi nuklir,” harap Djarot.

Sementara Dr Eko Purnomo, Ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia mengatakan, kedokteran nuklir di luar negeri yang sangat berkembang. Terlebih nuklir bagi kesehatan telah manfaat ekonomis.

“Seperti untuk terapi gondok yang biasanya berkisar antara Rp10-15 juta, dengan kedokteran nuklir hanya Rp2 juta saja,” jelasnya.

Kemudian perlu masyarakat diketahui, nuklir yang digunakan untuk kesehatan berbeda dengan yang digunakan untuk perlengkapan senjata.(az)

Print Friendly, PDF & Email