oleh

Ayah di AS Tuntut Dua Staf Sekolah yang Potong Rambut Anaknya Sebesar Rp14 Miliar

image_pdfimage_print

Kabar6-Jimmy Hoffmeyer asal Amerika Serikat (AS), menggugat Sekolah Dasar Ganiard, Mount Pleasant, dan dua anggota stafnya sebesar sekira Rp14 miliar. Gugatan dilayangkan terkait tindakan guru yang memotong rambut anaknya Jurnee (7), tanpa izin orangtua.

Tuntutan perkara Hoffmeyer ini, melansir iheartradio, terkait pelangaran hak konstitusional putrinya yang memiliki ras campuran. Hoffmeyer sendiri telah mengeluarkan putrinya dari sekolah tersebut. Penyelidikan oleh kawasan sekolah menyimpulkan, pada Juli seorang guru telah melanggar kebijakan sekolah, yakni tidak bertindak dengan etnosentris. Guru itu sudah ditegur, tetapi masih diizinkan untuk mempertahankan pekerjaannya di sekolah tersebut.

Menurut keterangan Hoffmeyer, suatu hari saat Jurnee kembali ke rumah dari sekolah dengan sebagian besar rambut di satu sisi kepalanya dipotong. Seorang teman sekelasnya memotong rambut keriting panjang Jurnee menggunakan gunting di bus sekolah.

Dua hari kemudian, Jurnee pulang dari sekolah dengan rambut di sisi lain kepalanya dipotong. Dia pun telah telah dibawa ke penata rambut dan dibentuk potongan asimetris untuk perbedaan panjangnya yang tidak terlalu mencolok.

Hoffmeyer mengatakan, dia pikir anak lainnya yang melakukannya, tetapi Jurnee mengatakan kepadanya bahwa itu adalah ulah seorang guru. “Guru memotong rambutnya untuk meratakannya,” ujar Hoffmeyer. ** Baca juga: Seorang Web Designer di Filipina Beri Nama Anaknya HTML

Dilaporkan, gugatan itu diajukan di pengadilan federal di Michigan barat terhadap Sekolah Umum Mount Pleasant dan dua staf pengajar. Selain melanggar hak konstitusional anak, gugatan itu juga menduga adanya diskriminasi rasial, intimidasi etnis, penderitaan emosional yang disengaja dan penyerangan.

“Kawasan sekolah gagal melatih, memantau, mengarahkan, mendisiplinkan, dan mengawasi karyawan mereka dengan benar dan mengetahui atau seharusnya mengetahui bahwa karyawan terlibat dalam perilaku yang dikeluhkan karena pelatihan, kebiasaan, prosedur, dan kebijakan yang tidak tepat, dan kurangnya disiplin yang ada untuk karyawan,” demikian isi gugatan itu.

Belum ada tanggapan resmi yang diajukan oleh para terdakwa dan belum ada komentar dari sekolah.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email