oleh

Ada Rumah Tidak Layak Huni Dekat Puspemkab Tangerang

image_pdfimage_print

Kabar6-Jemar, 57 tahun, bersama dengan Asni, 45 tahun, menepati rumah tak layak huni serta hidup serba kekurangan. Pasangan suami istri itu tinggal tak jauh dari Puspemkab Tangerang tepatnya di Kampung Ciatuy Desa Sodong, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.

Rumah berdindingkan anyaman bambu sudah lapuk. Lantai rumah hanya dari sisa belahan keramik. Atapnya pun separuhnya hanya ditutup karpet, membuat rumah tersebut jauh dari kata layak huni.

Asni mengatakan, dirinya bersama suaminya yang mempunyai keterbelakangan mental itu mengaku terpaksa harus tinggal di tempat yang jauh dari kenyamanan.

Bangunan rumah reyot hidup karena penghuninya tidak memiliki biaya untuk memperbaiki. Meski pernah ada bantuan untuk membangun tetapi ditolak lantaran tidak cukup.

“Abahnya menolak tidak mau katanya takutnya rumah kami hanya diberantakin aja. Karena untuk nambahin kekurangannya kami dari mana kami tidak mempunyai uang untuk nambahinnya,” kata Asni kepada kabar6.com, Jum’at (26/5/2023).

Ia menyatakan, soal bantuan sosial yang lainnya hanya mendapatkan bantuan langsung tunai (BLT). Meski kartu berwarna kuning dan kartu merah putih itu ia miliki, tapi bantuan jenis beras dan telur tak pernah ia dapatkan dari pemerintah.

“Semenjak dapat kartu itu gak pernah dapet sumbangan. Memang belum pernah ditanyain sama sekali, karena saya gak sempet. Syanya dulu kerja ibu rumah tangga jadi nggak sempet,” ungkap Asni.

Ia bilang, semenjak ia berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga, untuk menghidupi keluarganya terpaksa harus berjualan kecil-kecilan di rumahnya. Penghasilannya pun tidak menentu.

**Baca Juga: Ini Peta Potensi Kerawanan Pemilu 2024 di Wilayah Polda Banten 

“Saya jualan kecil-kecilan buat menutupi dapur, kalau gak gini kan saya dari mana abah kan udah gak kerja, udah sakit-sakitan. Kadang penghasilan jualan dapet 9 ribu atau 10 ribu tergantung ramenya, kalau lagi rame dapet 45 ribu bahkan sempet sama sekali nggak dapet,” lirihnya.

Asni berharap, rumahnya itu mendapatkan bantuan pembangunan secara penuh tanpa harus mengeluarkan uang tambahan. Sebab untuk makan sehari-hari saja ia harus berdagang kecil-kecilan di rumahnya.

“Saya mau dibantu tapi pembangunannya semuanya tanpa harus mengeluarkan tambahannya lagi. Karena dengar-dengar disini kan ada juga bedah rumah, katanya, kita harus nambahin kekurangannya karena kalau ngandelin bantuan mah itu ngga akan cukup makannya Abah gak mau,” harapnya.

Sementara, Sekeris Desa Sodong, Dendi mengatakan pihaknya akan lebih intens lagi melakukan pendekatan dan melakukan komunikasi dengan menantu pemilik rumah tersebut. Jika langsung berkomunikasi dengan pemiliknya pasti sulit.

“Dengan adanya kerja sama ini mudah-mudahan kita bisa melakukan pendekatan, agar yang pertama itu bangunannya bisa di bedah terus yang kedua mentalnya. Karena tahun ini sudah dianggarkan mudah-mudahan tahun 2024 saya menjamin bisa di bedah rumahnya dari anggaran dana desa,” katanya kepada wartawan.

Dendi menambahkan, pihaknya akan berupaya mencari solusi agar rumah warganya itu bisa dibangun dari sumber anggaran yang lainnya. Seperti dari PUPR maupun dari aspirasi DPRD Kabupaten Tangerang.

“Kita akan mencoba dari sumber yang lain entah itu dari PUPR maupun dari Pagu dewan bedah rumah kami prioritaskan. Seandainya bantuan dari yang lain belum ada tapi kita akan anggarkan dari dana desa,” tegasnya. (Rez)

Print Friendly, PDF & Email