oleh

Ada Aroma Mark Up di Proyek Rumah Roboh

image_pdfimage_print

Kabar6-CV Tridaya, selaku pemborong yang mengerjakan proyek bedah rumah yang roboh di RT 02 RW 04 Kelurahan Lengkong Gudang Timur, Serpong, Kota Tangerang Selatan, tidak punya itikad untuk bertanggung jawab.

Sejak rumah sederhana yang dibangun senilai Rp 39 juta itu roboh, pihak perusahaan belum juga menunjukkan  batang hidungnya.

“Dari sejak roboh sampai sekarang pemborongnya nggak keliatan. Namanya Pak Bejo,” kata Mamat kepada kabar6.com dikediamannya, Kamis (15/8/2013).

Hal itu membuat Dinas Tata Kota Bangunan dan Pemukiman (DTKBP) setempat geram terhadap ulah pemborong.

Hingga akhirnya, perangkat kerja daerah yang ditunjuk sebagai pihak pelaksana bedah rumah pada program  Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) harus turun tangan.

“Saya diperintahkan dinas untuk turun karena pemborongnnya sendiri sepertinya sudah lepas tanggungjawab,” terang Muhammad Hatta, konsultan DTKBP di lokasi perkara.

Dalam pengamatan langsung dan analisisnnya dilapangan, papar Hatta, konstruksi bangunan rumah milik Mamad ini jauh dari ideal. Hal itu dilihat dari kualitas penggunaan bahan material yang jadi pemicu bangunan rumah mudah roboh.

Padahal di Kota Tangsel, tambah Hatta, sudah ada standar kelayakan bangunan yang jika dikalkulasikan mencapai Rp 2 juta per meter. Bila nilai pagu anggaran Rp 39 juta dan dibagi volume pekerjaan  7×5 menjadi 35 meter, maka pemborong masih memiliki keuntungan.

“Ini lihat saja, kebanyakan semennya ketimbang pasir, belum lagi besi yang digunakan kurang dan ukurannya juga kecil, pantas aja roboh,” sindir Hatta.

Saat proses pekerjaan yang dilakukan tukang untuk menurunkann genteng tiang rumah, tambah Hatta. Tiang atap dan bangunan rumah terasa goyang dan mendadak roboh.

“Sudah nggak usah hubungin dia (pemborong) lagi,” ujar Hatta menirukan ucapan Isep Suarsa, Kabid Permukiman Kota Tangsel.

Sejak awal rumah tersebut roboh hingga kemarin, pihak pemborong sulit dihubungi untuk dimintai pertanggungjawaban. “Kata dinas susah dihubungi. Makanya itu pemborong katanya nggak bakal dipake lagi,” tambah Hatta.(yud)

 

 

Print Friendly, PDF & Email