oleh

5 Orang yang Nekat Lakukan Operasi Terhadap Diri Sendiri

image_pdfimage_print

Kabar6-Umumnya operasi yang dilakukan di rumah sakit ditangani oleh sejumlah tenaga medis, yaitu tim dokter dan beberapa spesialis yang berhubungan dengan penyakit yang diderita si pasien.

Dan operasi tersebut tidak bisa dilakukan sembarang orang. Namun apa yang dilakukan lima orang ini terbilang sangat nekat. Bagaimana tidak, mereka melakukan operasi sendiri untuk bertahan hidup. Melansir Listverse, ini dia lima orang yang dimaksud:

1. Roland Mery
Pada 2009, mantan tentara asal Inggris ini melakukan operasi ganti kelamin sendiri. Sebelumnya, Roland yang berusia 61 tahun sudah mengunjungi rumah sakit. Sayang, pihak medis mengatakan bahwa dia harus menunggu selama dua tahun.

Karena tidak sabar, Roland lantas memutuskan untuk melakukan operasi sendiri. Sebelum memulai operasi, ia minum beberapa obat penghilang rasa sakit dan pergi ke kamar mandinya dengan peralatan bedah darurat.

Pria itu lantas memotong alat kelaminnya dan kemudian memanggil sang istri untuk mendapatkan bantuan medis. Roland akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Tak disangka, dokter justru mengatakan bahwa pembedahan yang dia lakukan begitu sempurna sehingga tidak perlu banyak usaha untuk mengatasinya.

2. Amanda Feilding
Feilding menderita suatu kondisi yang membuatnya selalu merasa lelah. Bertahun-tahun dia mencari ahli bedah untuk melakukan trepanasi, salah satu jenis operasi tertua di dunia dengan melubangi tulang tengkorak. Pada zaman dulu, metode ini diyakini dapat menyembuhkan pusing hingga sakit jiwa.

Karena tidak juga menemukan, Feilding yang berusia 27 tahun ini pun memutuskan untuk melakukan operasi sendiri. Dengan bor listrik dokter gigi yang dioperasikan lewat pedal kaki, dia melubangi kepalanya sendiri. Dan hingga saat ini kabarnya Feilding merasa puas akan hasilnya.

3. Leonid Rogozov
Saat berusia 27 tahun, Rogozov bergabung dengan Ekspedisi Antartika Soviet Ke-6. Pada 29 April 1961, Rogozov jatuh sakit dengan gejala lemas, mual, suhu badan tinggi dan rasa sakit di bagian bawah kanan.

Rogozov mendiagnosis dirinya mengalami usus buntu akut. Ketika itu, Feilding adalah satu-satunya dokter di stasiun, dan ia tidak bisa dibawa ke mana pun. Karena komplikasi dapat membunuhnya, Rogozov pun harus bertindak cepat.

Pada 30 April 1961 operasi dimulai. Rogozov dibantu oleh ahli meteorologi Alexander Artemyev dengan peralatan medis, dan insinyur mekanik Zinovy Teplinsky, memegang cermin dan lampu.

Sekira 30-40 menit setelah operasi dimulai, Rogozov merasa sangat lemah dan pusing, hingga memaksanya untuk istirahat selama 5-10 detik setiap 5 menit. Ia berusaha tetap tenang selama proses. Operasi memakan waktu satu jam 45 menit, dan berakhir dengan sukses.

4. Zheng Yanliang
Seorang petani miskin asal Hefei, Tiongkok, bernama Zheng Yanlian (47) menderita komplikasi gumpalan darah hingga nekat mengamputasi kakinya sendiri. Zheng pertama kali merasakan sakit di kakinya pada Januari 2011. Saat berobat, dokter memberinya obat penghilang rasa sakit. Namun obat itu tidak memberikan dampak yang diharapkan.

Hingga akhirnya dokter menyarankan Zheng menjalani prosedur amputasi kaki, karena penyakit yang diderita bisa mengancam keselamatannya. Lantaran tidak bisa membayar biaya pengobatan, Zheng pun nekat mengamputasi kakinya dengan menggunakan gergaji dan pisau buah.

Suatu malam pada April 2012, Zheng dilaporkan menggunakan gergaji besi dan pisau buah untuk memotong kakinya, sedikitnya kurang dari enam inci di bawah pinggul.

5. Aron Ralston
Saat sedang melakukan perjalanan seorang diri pada 2003, Aron mengalami kecelakaan di lembah, Utah Tenggara. Pria itu terjatuh dan tangannya terjepit sebuah batu besar yang sangat sulit untuk disingkirkan.

Ditambah lagi, lokasi Aron sangat jarang dilalui orang ataupun wisatawan. Karena tidak ada cara lain, Aron terpaksa mengamputasi tangannya dan kemudian mencari pertolongan.

Awalnya, Aron mematahkan tulang-tulang lengannya. Kemudian tendon, daging, dan jaringan di sekitar lengannya. Setelah berhasil, Aron berjalan mencari pertolongan. Kisah yang dialami Aron ini dibuat menjadi film dokumenter berjudul 127 Hours. ** Baca juga: Rela Jadi Tukang Kebun, Bocah 13 Tahun Ini Berniat Belikan Mobil untuk Ibunya

Terkadang dalam kondisi mendesak, seseorang bisa melakukan suatu hal dengan tepat.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email