oleh

13 Persen Balita di Kabupaten Tangerang Alami Stunting

image_pdfimage_print

Kabar6 – Sekitar 13,4 persen atau 47 ribu dari total 354.535 balita di Kabupaten Tangerang mengalami kondisi gagal tumbuh atau stunting. Angka ini merujuk data dari aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) per Desember 2019.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Ni Wayan Manik Kusmayoni mengatakan presentasi angka stunting 2019 tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2018 terdata sebanyak 27,3 persen jumlah balita stunting.

“Angkanya turun signifikan, dibandingkan dengan tahun 2018 yang mencapai 27,3 persen, artinya ada penurunan sekitar 15 persen,” kata Manik, Jum’at 24/1/2020.

Manik menjelaskan, ciri balita menderita stunting adalah kondisi anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek jika dibandingkan dengan teman seusianya.

“Stunting itu perawakan pendek, tapi tidak semua orang pendek menjadi stunting. Akan tetapi, semua yang mengalami stunting pasti berperawakan pendek,” ucap Manik.

Menurut dia, nilai stunting itu berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan organisasi kesehatan dunian WHO. Untuk menentukan apakah si anak mengalami stunting, menurut Manik, bisa dilihat dari nilai gizinya melalui program Posyandu.

**Baca juga: Klarifikasi Viralnya Video Bupati Tangerang Marah.

Di Posyandu, kata Manik, balita akan diukur tinggi badan, berat badannya. Juga dilihat gizinya, baik atau buruk. Kurus atau gemuk. “Nah, apakah dia stunting atau tidak. Stunting bisa dilihat dari tinggi badannya dilihat dari umurnya. Apakah sesuai atau tidak,” jelasnya.

Manik menambahkan, balita stunting dapat terjadi dalam 1.000 hari pertama kelahiran (HPK), dan dipengaruhi banyak faktor, di antaranya sosial ekonomi, asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, kekurangan mikronutrien, dan lingkungan. (Vee)

Print Friendly, PDF & Email